Sering saya dengar, setiap pagi, seorang ibu yang
membangunkan anaknya untuk bersekolah dengan berteriak. Mungkin bagi beberapa
orang tidak pernah mendengarnya dan bahkan tidak mungkin, kecuali si anak
memang kecanduan tidur, tapi saya tidak. Pemandangan seperti itu sudah sering
ditelinga saya.
Saya ingin sedikit berceloteh tentang para ibu di sekitar
saya. Ya, kalian juga pasti punya saudara, teman, tetangga seorang ibu bukan?
Jika tidak, berarti kalian harus cek ke dokter (?) Loh? Haha, saya bercanda. Saya
punya banyak saudara dan tetangga yang juga seorang ibu, bahkan nenek. Tapi
saya hanya akan berceloteh tentang ibu. Sebelumnya, saya ingin bertanya
bagaimana kabar ibu kalian? Saya harap sehat dan selalu dalam lindungan Allah
SWT ya. amin.
Kita masuk ke pembahasan, seperti yang tadi saya celotehkan
di awal, salah satunya adalah seperti itu. Selain yang saya celotehkan tadi,
ibu yang satu itu juga terbilang malas, karena semua anaknya bergantung pada
diri mereka. Jika ibu mereka tidak memasak, mereka memasak sendiri. Padahal
anaknya yang tertua adalah anak laki-laki, dan sekarang duduk di bangku kelas 1
Sekolah Menengah Pertama. Dan empat adiknya yang lain perempuan, tapi masih
kecil. Ibu itu juga terlalu membatasi anak-anaknya dan sering berbicara dengan
nada yang tinggi, sehingga anak ketiganya yang kembar agak sedikit nakal.
Anaknya pun memiliki berbagai macam karakter yang hanya kita tetangganyalah
yang dapat memahaminya. Terkadang tetangga yang lain merasa iba pada
anak-anaknya. Tapi setiap ibu memang berbeda bukan?
Selanjutnya, dia seorang ibu dengan tiga anak dan anaknya
yang terakhir masih berumur dua tahun. Anaknya yang pertama baru saja
berkeluarga, sedangkan yang kedua duduk di kelas satu Aliyah. Ibu itu sekitar
hampir 2 tahun lalu ditinggal oleh suaminya pulang keharibaannya. Bisa dibilang
ia sering berkotek tentang apapun. Tapi dia sangat over pada anaknya. Kemarin,
anaknya bilang bahwa pihak sekolah menyuruhnya membawa Surat Keterangan Tanda
Miskin untuk membuat Kartu Tanda Siswa Kurang Mampu karena dia anak yatim. Si
anak hanya kebingungan sendiri, terbata-bata sampai dia bilang “ga tau deh itu
apa kartu-kartuan gitu pokoknya”, saya coba bertanya ternyata masalahnya
seperti itu. Pernah juga suatu hari si anak pulang larut malam, dia sampai dipukuli
dan dilempar dengan gayung. Kasihan jika melihatnya, tapi mau bagaimana, dia
berbohong bahwa sebenarnya dia pergi dengan teman laki-lakinya. Sontak si ibu
marah besar. Saat dia liburan di rumah saudaranya pun begitu, si ibu mengancam
menyuruhnya untuk tidak pulang kembali kerumah, tinggal saja disana dan sekolah
disana. Komunikasi si anak dengan ibu ini menurut saya kurang sehingga si anak
sering berbohong karena takut dimarahi ibunya.
Lanjut ibu yang lain. Dia seorang guru, sudah lama ditinggal
suaminya kembali kepada Maha Pencipta. Ibu ini punya dua orang anak, satu duduk
di kelas 3 Aliyah, dan satu duduk di kelas 3 Tsanawiyah. Ibu ini kadang jika
terlalu sibuk bekerja sampai lupa sesuatu sehingga membuat anaknya ketakutan.
Pernah suatu ketika ibu itu jatuh sakit dan harus sampai dirawat. Sebelumnya si
anak sudah membawanya ke dokter, tapi si ibu tidak semakin membaik, ia pun
menghubungi bibinya yang di Tambun untuk membantunya. Kedua anak ibu itu pun
seketika sempat cemas karena sang ibu tak kunjung sembuh walau sudah diobati.
Akhirnya setelah itu ibunya pun dirawat disalah satu klinik dekat rumah.
Pastilah si anak cemas, sang ayah sudah pergi terlebih dahulu, jika ibunya pun
demikian mereka pasti bingung. Maklumlah mereka baru beranjak dewasa. Yang
sulung sudah bisa dibilang dewasa, tapi karena dia perempuan mungkin lebih
sulit kali ya. Tapi sang ibu cukup perhatian walau dia single parent dan harus
bekerja, tapi ia selalu berkomunikasi dengan anaknya. Ibu yang hebat menurut
saya.
Next, ibu sebelah kanan rumah saya. Bisa saya bilang dia ibu
yang sangat tegar. Sampai saat ini dia hanya memiliki satu anak. Sejak pindah
kesini sebenarnya ia sudah pernah hamil dua kali, tapi Allah berkehendak lain.
Dia mengambilnya lebih dahulu sebelum merasakan kehidupan dunia. Sebelumnya pun
sama, anak pertama kalau tidak salah, sang ibu pun mengalami hal demikian.
Kasihan dan sedih memang jika melihat ibu itu. Tapi mungkin allah punya rencana
yang lebih baik untuk keluarga itu nanti. Doa saya kepada keluarga itu semoga
mereka dan dapt dipertemukan saat di surga Allah nanti. Amin. Ibu ini sangat
sayang pada anaknya, terutama ayahnya karena sekarang ia adalah putri tunggal. Jika
melihat anak-anak kecil saat bersama mereka, saya kadang terenyuh dan sampai
bertanya-tanya. Kenapa ibu itu bisa sekuat itu ya? Terlebih jika baru saja ada
yang melahirkan, saya tidak habis pikir. Mungkin dari luar terlihat seperti
itu. Tapi saya yakin di dalam hatinya pun ia memiliki angan-angan itu. Betapa
tegar dan tabahnya ibu itu. Terkadang saya pun juga ikut sedih jika melihat
putrinya yang bermain dengan anak-anak balita. Pasti dia juga ingin bermain
dengan adiknya jika mereka ada. Allah memang Maha Segalanya. Kita tidak pernah
tau apa yang Dia rencanakan sebenarnya.
Lanjut. Ibu mereka juga bekerja, sama seperti ayah. Sebagian
ada yang masa bodoh sebagian ada yang menyempatkan untuk berbincang bersama
anaknya. Jika yang masa bodoh, berilah pengertian pada ibumu dengan perlahan
dan halus. Jangan membentak, meronta, atau memberontak. Jika seperti itu, orang
tua kalian malah akan memarahi kalian balik. Berilah pengertian kepada mereka
dengan halus, “mah, pah, kakak . . . .” atau “ibu, bapak, tadi kakak . . . .”
atau yang lainnya. Mereka pasti akan mengerti. Jika masih tidak bisa, kalianlah
yang harus memahami mereka. “o iya, ibu saya kerja juga untuk saya dan adik
saya” atau “iya ya, ibu saya kerja untuk membantu ayah agar tidak terlalu
lelah. Itu juga demi anak-anaknya . . .” atau yang lainnya. Kalian tidak perlu
meronta atau memberontak dengan melakukan yang tidak seharusnya seorang anak
lakukan. Nah, jika ibu kalian masih sempat berbincang dengan kalian,
beryukurlah kalian. Tapi kalian juga harus mengerti ibu kalian. Ibu kalian
telah lelah bekerja, beri waktu untuk istirahat untuk ibu kalian, jangan
memaksa mereka dengan keinginan kalian yang berlebihan. Jangan hanya karena ibu
kalian sedang libur kerja, seharian kalian berceloteh tentang kegiatan kalian
di sekolah selama seminggu. Berilah juga pengertian kepada orang tua kalian.
Yang terakhir ibu saya. She is the best Mom I’ve ever had.
Ibu saya adalah separuh napas saya, separuh hidup saya, dan segalanya untuk
saya. Dia penyayang, penyabar, dan segalanya. Dia yang merawat saya, tidak
pernah marah walau saya dan adik saya nakal, bertengkar, dan lainnya. Teman
saya yang selalu mendengar keluhan saya di sekolah, tentang teman-teman, guru,
laki-laki yang saya suka pertama kali, dan masih banyak lagi. Tempat saya
mengadu, belajar, bercanda, curhat, saat saya sedih, marah, senang. Dia tidak
pernah menuntut sesuatu apapun dari kami. Dia hanya meminta kami untuk rajin
belajar dan mandiri. Tidak boleh mengeluh dan semacamnya. Selalu memberi
nasihat kepada kami. Pernah suatu ketika ibu marah, tapi itu tidak lama.
Membuat ibu marah sangat menakutkan buat kami. Ibu yang pintar masak, pintar
main game Zuma, Loxor, Pikachu, dan Mahyong. Ibu yang selalu ingin tahu hal-hal
baru. Ibu jadul yang ingin jadi modern, yang bisa main Facebookan dan berkirim
E-mail. Jika ibu pergi keluar untuk kegiatan organisasinya sampai menginap,
terkadang saya sedih dan bertanya-tanya. Sedang apa ibu saya disana? Ibu senang
tidak? Ibu baik-baik saja tidak? Tapi saat ibu saya telpon pasti saya bingung
mau jawab apa. Terlebih lagi jika ibu saya sedang sakit. Saya paling takut jika
ibu saya sedang sakit. Pikiran buruk saya selalu menghantui. Ingin dibuang dan
diterbangkan bersama angin jika bisa, namun tetap saja dia tidak mau pergi.
Saya masih membutuhkan ibu saya. Saya belum mandiri sepenuhnya. Bahkan saya
tidak tahu akan melakukan apa jika tidak ada ibu saya. Ibu saya tidak bisa
digantikan oleh siapapun, dengan apapun, dan bagaimanapun. Dia tetap ibu ibu
saya untuk kemarin, hari ini, esok, dan selamanya. Istri dari ayah saya,
Bambang Mujiono, dan ibu dari anaknya, Gita Anggraheni Mujiastuti dan Gilang
Bayu Wicaksono.
Terima kasih ya ibu. Seperti apapun ibu kalian,
bagaimanapun ibu kalian, dia adalah ibu
kalian. Sekalipun dia ibu tiri, kalian tidak boleh berlaku yang tidak
sepantasnya. Kalian tidak boleh membentak atau melawan mereka karena mereka
telah berjuang untuk kalian agar bisa merasakan hidup di dunia yang penuh
dengan ujian Allah. Tidak banyak orang yang dapat merasakan kerasnya dunia ini
jika bukan karena ibu kalian. Beruntunglah kalian yang lahir dalam keadaan baik
agar kalian bisa lebih taat kepada Allah. Sebagian dari kita ada yang lahir
dengan kekurangan, tapi kita tidak boleh mengejek ataupun menghina mereka
karena mereka dilahirkan pun untuk taat kepada Allah juga. Jadi perbedaan
bukanlah penghalang untuk hidup dan taat kepada Allah. Perbedaan diciptakan
agar kita dapat saling mengenal, mengisi bagian yang rumpang dalam hidup kita.
Itulah perbedaan. Selaki lagi, terima kasih ibu.
Demikian celotehan saya. Saya tidak ingin membongkar aib
para ibu tetangga saya, tapi saya hanya ingin kalian mengenal dan meyayangi ibu
kalian lebih lagi. Mereka bukan tidak sayang, bukan tidak perduli, tapi mereka
mengharapkan kalian berada pada jalan yang seharusnya kalian berada disana.
Dari sedikit ulasan saya tadi, yang manakah ibu kalian? Bagaimanpun ibu kalian,
kalian harus tetap menyayangi mereka seperti menyayangi diri kalian sendiri.
Ingat, surga ada dibawah telapak kaki ibu dan restu Allah adalah restu orang
tua. Jangan jadi anak pemberontak dan pembangkang ya~
No comments:
Post a Comment