Sunday, March 30, 2014

Macam Ibu di Sekitar

Sering saya dengar, setiap pagi, seorang ibu yang membangunkan anaknya untuk bersekolah dengan berteriak. Mungkin bagi beberapa orang tidak pernah mendengarnya dan bahkan tidak mungkin, kecuali si anak memang kecanduan tidur, tapi saya tidak. Pemandangan seperti itu sudah sering ditelinga saya.

Saya ingin sedikit berceloteh tentang para ibu di sekitar saya. Ya, kalian juga pasti punya saudara, teman, tetangga seorang ibu bukan? Jika tidak, berarti kalian harus cek ke dokter (?) Loh? Haha, saya bercanda. Saya punya banyak saudara dan tetangga yang juga seorang ibu, bahkan nenek. Tapi saya hanya akan berceloteh tentang ibu. Sebelumnya, saya ingin bertanya bagaimana kabar ibu kalian? Saya harap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT ya. amin.

Kita masuk ke pembahasan, seperti yang tadi saya celotehkan di awal, salah satunya adalah seperti itu. Selain yang saya celotehkan tadi, ibu yang satu itu juga terbilang malas, karena semua anaknya bergantung pada diri mereka. Jika ibu mereka tidak memasak, mereka memasak sendiri. Padahal anaknya yang tertua adalah anak laki-laki, dan sekarang duduk di bangku kelas 1 Sekolah Menengah Pertama. Dan empat adiknya yang lain perempuan, tapi masih kecil. Ibu itu juga terlalu membatasi anak-anaknya dan sering berbicara dengan nada yang tinggi, sehingga anak ketiganya yang kembar agak sedikit nakal. Anaknya pun memiliki berbagai macam karakter yang hanya kita tetangganyalah yang dapat memahaminya. Terkadang tetangga yang lain merasa iba pada anak-anaknya. Tapi setiap ibu memang berbeda bukan?

Selanjutnya, dia seorang ibu dengan tiga anak dan anaknya yang terakhir masih berumur dua tahun. Anaknya yang pertama baru saja berkeluarga, sedangkan yang kedua duduk di kelas satu Aliyah. Ibu itu sekitar hampir 2 tahun lalu ditinggal oleh suaminya pulang keharibaannya. Bisa dibilang ia sering berkotek tentang apapun. Tapi dia sangat over pada anaknya. Kemarin, anaknya bilang bahwa pihak sekolah menyuruhnya membawa Surat Keterangan Tanda Miskin untuk membuat Kartu Tanda Siswa Kurang Mampu karena dia anak yatim. Si anak hanya kebingungan sendiri, terbata-bata sampai dia bilang “ga tau deh itu apa kartu-kartuan gitu pokoknya”, saya coba bertanya ternyata masalahnya seperti itu. Pernah juga suatu hari si anak pulang larut malam, dia sampai dipukuli dan dilempar dengan gayung. Kasihan jika melihatnya, tapi mau bagaimana, dia berbohong bahwa sebenarnya dia pergi dengan teman laki-lakinya. Sontak si ibu marah besar. Saat dia liburan di rumah saudaranya pun begitu, si ibu mengancam menyuruhnya untuk tidak pulang kembali kerumah, tinggal saja disana dan sekolah disana. Komunikasi si anak dengan ibu ini menurut saya kurang sehingga si anak sering berbohong karena takut dimarahi ibunya.

Lanjut ibu yang lain. Dia seorang guru, sudah lama ditinggal suaminya kembali kepada Maha Pencipta. Ibu ini punya dua orang anak, satu duduk di kelas 3 Aliyah, dan satu duduk di kelas 3 Tsanawiyah. Ibu ini kadang jika terlalu sibuk bekerja sampai lupa sesuatu sehingga membuat anaknya ketakutan. Pernah suatu ketika ibu itu jatuh sakit dan harus sampai dirawat. Sebelumnya si anak sudah membawanya ke dokter, tapi si ibu tidak semakin membaik, ia pun menghubungi bibinya yang di Tambun untuk membantunya. Kedua anak ibu itu pun seketika sempat cemas karena sang ibu tak kunjung sembuh walau sudah diobati. Akhirnya setelah itu ibunya pun dirawat disalah satu klinik dekat rumah. Pastilah si anak cemas, sang ayah sudah pergi terlebih dahulu, jika ibunya pun demikian mereka pasti bingung. Maklumlah mereka baru beranjak dewasa. Yang sulung sudah bisa dibilang dewasa, tapi karena dia perempuan mungkin lebih sulit kali ya. Tapi sang ibu cukup perhatian walau dia single parent dan harus bekerja, tapi ia selalu berkomunikasi dengan anaknya. Ibu yang hebat menurut saya.

Next, ibu sebelah kanan rumah saya. Bisa saya bilang dia ibu yang sangat tegar. Sampai saat ini dia hanya memiliki satu anak. Sejak pindah kesini sebenarnya ia sudah pernah hamil dua kali, tapi Allah berkehendak lain. Dia mengambilnya lebih dahulu sebelum merasakan kehidupan dunia. Sebelumnya pun sama, anak pertama kalau tidak salah, sang ibu pun mengalami hal demikian. Kasihan dan sedih memang jika melihat ibu itu. Tapi mungkin allah punya rencana yang lebih baik untuk keluarga itu nanti. Doa saya kepada keluarga itu semoga mereka dan dapt dipertemukan saat di surga Allah nanti. Amin. Ibu ini sangat sayang pada anaknya, terutama ayahnya karena sekarang ia adalah putri tunggal. Jika melihat anak-anak kecil saat bersama mereka, saya kadang terenyuh dan sampai bertanya-tanya. Kenapa ibu itu bisa sekuat itu ya? Terlebih jika baru saja ada yang melahirkan, saya tidak habis pikir. Mungkin dari luar terlihat seperti itu. Tapi saya yakin di dalam hatinya pun ia memiliki angan-angan itu. Betapa tegar dan tabahnya ibu itu. Terkadang saya pun juga ikut sedih jika melihat putrinya yang bermain dengan anak-anak balita. Pasti dia juga ingin bermain dengan adiknya jika mereka ada. Allah memang Maha Segalanya. Kita tidak pernah tau apa yang Dia rencanakan sebenarnya.

Lanjut. Ibu mereka juga bekerja, sama seperti ayah. Sebagian ada yang masa bodoh sebagian ada yang menyempatkan untuk berbincang bersama anaknya. Jika yang masa bodoh, berilah pengertian pada ibumu dengan perlahan dan halus. Jangan membentak, meronta, atau memberontak. Jika seperti itu, orang tua kalian malah akan memarahi kalian balik. Berilah pengertian kepada mereka dengan halus, “mah, pah, kakak . . . .” atau “ibu, bapak, tadi kakak . . . .” atau yang lainnya. Mereka pasti akan mengerti. Jika masih tidak bisa, kalianlah yang harus memahami mereka. “o iya, ibu saya kerja juga untuk saya dan adik saya” atau “iya ya, ibu saya kerja untuk membantu ayah agar tidak terlalu lelah. Itu juga demi anak-anaknya . . .” atau yang lainnya. Kalian tidak perlu meronta atau memberontak dengan melakukan yang tidak seharusnya seorang anak lakukan. Nah, jika ibu kalian masih sempat berbincang dengan kalian, beryukurlah kalian. Tapi kalian juga harus mengerti ibu kalian. Ibu kalian telah lelah bekerja, beri waktu untuk istirahat untuk ibu kalian, jangan memaksa mereka dengan keinginan kalian yang berlebihan. Jangan hanya karena ibu kalian sedang libur kerja, seharian kalian berceloteh tentang kegiatan kalian di sekolah selama seminggu. Berilah juga pengertian kepada orang tua kalian.

Yang terakhir ibu saya. She is the best Mom I’ve ever had. Ibu saya adalah separuh napas saya, separuh hidup saya, dan segalanya untuk saya. Dia penyayang, penyabar, dan segalanya. Dia yang merawat saya, tidak pernah marah walau saya dan adik saya nakal, bertengkar, dan lainnya. Teman saya yang selalu mendengar keluhan saya di sekolah, tentang teman-teman, guru, laki-laki yang saya suka pertama kali, dan masih banyak lagi. Tempat saya mengadu, belajar, bercanda, curhat, saat saya sedih, marah, senang. Dia tidak pernah menuntut sesuatu apapun dari kami. Dia hanya meminta kami untuk rajin belajar dan mandiri. Tidak boleh mengeluh dan semacamnya. Selalu memberi nasihat kepada kami. Pernah suatu ketika ibu marah, tapi itu tidak lama. Membuat ibu marah sangat menakutkan buat kami. Ibu yang pintar masak, pintar main game Zuma, Loxor, Pikachu, dan Mahyong. Ibu yang selalu ingin tahu hal-hal baru. Ibu jadul yang ingin jadi modern, yang bisa main Facebookan dan berkirim E-mail. Jika ibu pergi keluar untuk kegiatan organisasinya sampai menginap, terkadang saya sedih dan bertanya-tanya. Sedang apa ibu saya disana? Ibu senang tidak? Ibu baik-baik saja tidak? Tapi saat ibu saya telpon pasti saya bingung mau jawab apa. Terlebih lagi jika ibu saya sedang sakit. Saya paling takut jika ibu saya sedang sakit. Pikiran buruk saya selalu menghantui. Ingin dibuang dan diterbangkan bersama angin jika bisa, namun tetap saja dia tidak mau pergi. Saya masih membutuhkan ibu saya. Saya belum mandiri sepenuhnya. Bahkan saya tidak tahu akan melakukan apa jika tidak ada ibu saya. Ibu saya tidak bisa digantikan oleh siapapun, dengan apapun, dan bagaimanapun. Dia tetap ibu ibu saya untuk kemarin, hari ini, esok, dan selamanya. Istri dari ayah saya, Bambang Mujiono, dan ibu dari anaknya, Gita Anggraheni Mujiastuti dan Gilang Bayu Wicaksono.

Terima kasih ya ibu. Seperti apapun ibu kalian, bagaimanapun  ibu kalian, dia adalah ibu kalian. Sekalipun dia ibu tiri, kalian tidak boleh berlaku yang tidak sepantasnya. Kalian tidak boleh membentak atau melawan mereka karena mereka telah berjuang untuk kalian agar bisa merasakan hidup di dunia yang penuh dengan ujian Allah. Tidak banyak orang yang dapat merasakan kerasnya dunia ini jika bukan karena ibu kalian. Beruntunglah kalian yang lahir dalam keadaan baik agar kalian bisa lebih taat kepada Allah. Sebagian dari kita ada yang lahir dengan kekurangan, tapi kita tidak boleh mengejek ataupun menghina mereka karena mereka dilahirkan pun untuk taat kepada Allah juga. Jadi perbedaan bukanlah penghalang untuk hidup dan taat kepada Allah. Perbedaan diciptakan agar kita dapat saling mengenal, mengisi bagian yang rumpang dalam hidup kita. Itulah perbedaan. Selaki lagi, terima kasih ibu.


Demikian celotehan saya. Saya tidak ingin membongkar aib para ibu tetangga saya, tapi saya hanya ingin kalian mengenal dan meyayangi ibu kalian lebih lagi. Mereka bukan tidak sayang, bukan tidak perduli, tapi mereka mengharapkan kalian berada pada jalan yang seharusnya kalian berada disana. Dari sedikit ulasan saya tadi, yang manakah ibu kalian? Bagaimanpun ibu kalian, kalian harus tetap menyayangi mereka seperti menyayangi diri kalian sendiri. Ingat, surga ada dibawah telapak kaki ibu dan restu Allah adalah restu orang tua. Jangan jadi anak pemberontak dan pembangkang ya~

No comments:

Post a Comment