“bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan
sekarang? aaaaaarrgh !!!” gerutu koala.
Tak terasa sudah hampir 2 musim berlalu. Ibu
koala dan semut belum juga kembali dari perjalanan mereka. Koala begitu
khawatir karena mereka belum juga kunjung pulang. Sementara itu, koala lebih
mengkhawatirkan tentang situasi jangkrik saat ini.
“aku tidak akan selesai dengan jangkrik” ujar
jangkrik betina. Koala pun terkejut, namun ia tidak menampakkan wajah
terkejutnya tersebut agar tidak membuat sang betina mencurigainya. Koala pun
hanya mengangguk mendengarkan perkataan sang betina.
“baiklah. jika memang seperti itu, kami,
terutama adikku semut tidak akan ikut campur tentang jangkrik. lagi pula sejak awal
memang kami tidak pernah memperhatikan kalian. hanya saja, kalau jangkrik
bukanlah sahabatku,dan juga sudah ku anggap seperti adikku sendiri, mungkin aku
tidak akan terlalu memperdulikannya. aku akui, selama ini kami sudah salah.
berbahagialah kalian” jelas koala sambil menahan amarahnya.
“baik kalau begitu. kami akan menemui orang
tua betina 2 malam berikutnya. jika sudah ada kata sepakat tentang pertunangan
ataupun pernikahan kami, akan kami beritahu lagi” sela jangkrik.
“tidak perlu. sudah cukup sampai disini saja.
kami, terutama adikku sudah tidak ada urusan lagi dengan kalian terutama dengan
kau jangkrik. kita sudah sepakati itu diawal pembicaraan” jawab koala ketus.
Setelah malam itu, koala terus menunggu semut
dan ibu koala. Sampai pada malam setelahnya mereka pun kembali.
“kami pulang~” teriak semut dengan sangat
kuat. Sementara semut duduk di pundak ibu koala.
Koala terkejut dan terbangun dari lamunannya.
Sambil mengembalikan ingatannya, ia berjalan menuju pintu. “kalian kembali?
kenapa tidak sekalian tinggal disana bersama kolonimu? aku sudah cukup bahagia
tidak ada kalian” gerutu koala kesal.
“benarkah? ibu kira rumah ini sudah habis kau
makan karena kau tidak dapat menemukan makanan. ternyata masih sama seperti
saat terakhir ibu pergi” goda ibu koala.
“hahaha, ibu salah. aku pikir, koala sudah
berubah menjadi rayap atau tupai saat kita pulang. ternyata dia masih tetap
koala. aku pikir dia tidak akan bertahan jika tidak ada ibu yang menyiapkan
makanan” tambah semut mengejek.
Koala pun kesal dengan ejekan semut. Tapi
akhirnya mereka pun tertawa bersama. Mereka menghabiskan sisa malam hari itu
dengan menceritakan perjalanan ibu koala dan semut dan juga peristiwa yang
terjadi saat mereka dalam perjalanan. Koala tampak asik mendengarkan cerita
adik kecilnya itu. Sesekali ia terkejut ketika mendengar bagian yang menurutnya
cukup mengerikan untuk makhluk seukuran adiknya itu. Sesekali juga ia
tercengang, tidak mengerti tentang penglihatan yang dilihat adiknya itu. Ibu
koala yang menyaksikan kedua anaknya itu tersenyum tipis. Tak menyangka bahwa
mereka adalah keluarga. Seketika ibu koala pun lupa bahwa mereka sudah lama
berkeluarga.
“apa kau bercanda? tapi, bagaimana rupa sang
ratu itu? benarkah ia besar sekali bu? dan kenapa kau tidak bersama kolonimu
sekarang?” koala pun bertanya-tanya.
“dia memang besar. tapi ibu masih lebih besar
daripadanya. hanya ukurannya saja yang lebih besar dari semut pada umumnya.
mereka juga seorang ibu dari ribuan atau mungkin jutan semut lain. dan, kenapa
semut tidak bersama koloninya karena ia diberikan izin untuk tinggal bersama
kita. tapi, baru beberapa malam kami pergi kau sudah seperti semut. banyak
sekali pertanyaanmu itu koala~” jelas ibu koala seraya menggoda koala lagi.
“sepertinya kau memang tidak ingin bertemu
denganku lagi. jika aku tahu akan seperti ini maka sebaiknya aku kembali dengan
koloniku” goda semut lagi.
“b-b-bu-bukan seperti itu. maksudku, ku kira
aku akan benar-benar tidak dapat bertemu denganmu lagi karena ketika pergi ibu
mengatakan bahwa akan mengantarmu pulang ke kolonimu. aku kira aku akan mencari
adik baru lagi. tapi pasti dia tidak akan semenjengkelkan kau” jelas koala
malu-malu.
Ibu koala pun hanya tertawa kecil melihat
kedua anaknya itu saling melempar ejekan. Ibu koala merasa suasana dirumahnya
menjadi lebih hidup ketika semut masuk ke dalam rumah mereka. Mereka juga
sering melemparkan gurauan yang kadang tidak penting itu sebagai hiburan. Hari
pun menjelang pagi, sisa malam itu pun mereka gunakan untuk beristirahat.
Paginya, koala menyuruh semut untuk
menunggunya di padang rumput yang biasa mereka temui. Sementara koala
berbincang dengan ibu yang tengah merapikan rumah.
“ibu, 2 malam lalu jangkrik dan si betina
menemuiku di tempat kami biasa memahat. dan si betina mengatakan bahwa hari ini
mereka akan menemui orang tua si betina. dan ibu tau apa yang dikatakan betina
pada saat itu? dia berkata bahwa dia tidak akan melepaskan jangkrik apapun yang
terjadi. dan ia pun secara tidak langsung mengatakan bahwa aku dan semut tidak
boleh, dan dilarang untuk menemui dan berteman dengan jangkrik. ia mengira
bahwa semut akan menghasut dan memperdaya jangkrik untuk mengusir si betina
darinya. maka itu ku kira secara tidak langsung ia mendoktrin hal tersebut.
lalu ku turuti saja apa yang dia mau. aku bilang bahwa saat itu juga kami sudah
tidak ada urusan lagi. dan yang lebih aku sesalkan lagi ialah jangkrik tidak
berkata sedikitpun saat si betina mengatakan hal itu. aku merasa kesal bu.
bagaimana aku harus menjelaskannya pada semut?” koala bercerita pada ibu.
Ibu koala hanya terdiam mendengar perkataan
anaknya itu. Koala pun juga hanya menatap ibunya dengan penuh harap bahwa
ibunya akan memberika solusi.
“tidak. kau harus menceritakan hal ini juga
padanya. ibu memang berteman dengan ayahnya jangkrik. tapi jika mereka
menyakiti putra ibu, walaupun secara tidak langsung, ibu tetap tidak terima
perlakuan mereka yang seperti itu. kau sudah melakukan hal yang benar. tidak
peduli bagaimana akhirnya nanti, kau tetap harus menceritakannya pada semut.
ceritakan yang sebenarnya. pilihan terakhir hanya terletak pada jangkrik
sendiri. jika memang ia lebih memilih betina maka ia harus siap untuk
kehilangan kalian. jika tidak, itu malah menjadi baik untuknya. dia seharusnya
menyadari kehadiran dan keberadaan kalian untuknya. jika ia tetap
melanjutkannya, maka berarti ia memang sudah kehabisan adab. tidak apa-apa,
ceritakanlah. biar nanti ibu membantumu bicara juga dengan semut” jawab ibu
tegas kepada koala.
Mereka berdua pun terdiam sejenak. Hanya
saling pandang dan saling menunduk.
“aku pergi dulu bu. semut pasti sudah
menungguku terlalu lama” pamit koala lirih. Ibu koala tidak menjawab
ucapan koala. Koala pun pergi berlalu
meninggalkan rumah menuju ke padang tempat semut sedang menunggu. Selama dalam
perjalanan, koala hanya memikirkan bagaimana akan mengatakannya pada adiknya
itu.
“kol ! kau ini lama sekali ! aku sampai pusing
melihat luasnya padang ini yang semuanya hampir sama warnanya” eluh semut pada
koala.
“hei kau sem, sudah ku bilang jangan panggil
aku kol ! maafkan aku, tadi ibu menyuruhku mencarikannya sesuatu” jawab koala sambil
berjalan menghampiri adiknya yang hampir tidak terlihat karena semua rumput
itu.
Mereka berdua terdiam cukup lama. Angin pun
dapat mengeluarkan suaranya yang lembut melewati helai bulu mereka. Sampai pada
akhirnya semut memecahkan kesunyian itu.
“tadi jangkrik datang menemuiku” semut berkata
singkat.
Koala terkejut, tapi ia hanya bisa terdiam dan
berusaha menyembunyikannya keterkejutannya itu.
“bagaimana ini? aku sedang menyiapkan
mentalku untuk mengutarakannya, kenapa ia malah mengatakan kalau jangkrik baru
saja menemuinya? apakah ia sudah menceritakan semuanya? apa yang ia katakan
pada semut? kenapa ia mendahuluiku, ish !” gerutu koala dalam hati.
“dia datang menyapaku. dia bilang sudah lama
dia tidak bertemu dan menyapaku. dia bertanya apa aku sudah menemukan koloniku.
dia juga berkata agar kita mampir ke rumahnya 3 malam dari sekarang. ku pikir
pasti akan ada pesta besar. tapi dia tidak mengatakan apapun” jelas semut.
“huuuft,
kupikir ia sudah menceritakannya. tenanglah kol, kau harus tenang untuk mengatakan
hal ini padanya. eh, tapi kenapa aku malah memanggil diriku sendiri kol?
mengapa aku jadi memanggil diriku sendiri kol? aish, semut sudah merusak
ketenanganku !” pikir koala dalam hati lagi.
“aku mengira, ibu pasti akan marah jika aku
mengatakan hal ini pada ibu. dan dia pasti langsung berkata agar kita tidak
usah datang. tapi, yasudahlah, aku akan menyampaikan pesannya. oya, kita akan
melakukan apa hari ini? dan kenapa kau mengajakku kesini?” semut akhirnya mulai
bertanya.
Koala pun terbangun dari renungannya.
“sebenarnya aku hanya ingin menenangkan diri. aku lelah beberapa hari ini,
tidak ada ibu membuat pekerjaanku bertambah. karyamu sudah kuselesaikan. sudah
kusimpan di lemari ayah. apa kau sudah melihatnya?” tanya koala.
“hmmm, aku sudah melihatnya tadi pagi. ibu
juga memujinya. ternyata kau pandai mengukir juga. sepertinya aku sudah cukup
mempengaruhimu” ejek semut.
“ya, sepertinya kau sudah banyak
mempengaruhiku. tadi aku bahkan memanggil diriku sendiri kol. kau sudah
mempengaruhiku. dan aku berterima kasih untuk itu. sepertinya kau sudah
mengajariku menjadi seorang kakak. dan sepertinya ibu juga senang dengan diriku
yang sekarang” jawab koala sambil tertawa kecil.
“benarkah? wah, sepertinya kau sudah menerima
panggilan itu dengan baik. yah, sepertinya ibu memang senang dengan dirimu yang
sekarang. mau kuceritakan lelucon yang aku dapat dari belalang tua yang kutemui
di perjalanan?” semut balas bertanya.
“semut. aku harus mengatakan sesuatu kepadamu.
ini tentang jangkrik” sela koala singkat.
“tentang apa? apa tentang ia akan menemui
orang tua si betina hari ini? aku sudah mengetahuinya kol” jawab semut sambil
tersenyum tipis menatap koala.
“ada hal lain lagi yang mungkin ia tidak
ceritakan padamu. ini tentang si betina” tambah koala.
Semut terkejut tentang apa yang koala katakan.
Ia lalu mendengarkan koala tentang apa yang terjadi malam itu dan apa yang si
betina katakan. Semut lunglai saat itu juga. Sebelum ia bersandar pada daun
yang rapuh itu, koala menahannya dengan cakarnya lalu mengangkat semut di
telapak tangannya. Mereka pun terdiam sangat lama. Sampai akhirnya koala
mengajak mereka untuk pulang.
Sepulangnya mereka, ibu langsung menyambut
mereka. Melihat wajah yang tak sedap dipandang mata muncul dari pintu, ibu
koala merasa ia sudah mengetahui apa yang terjadi. Mereka pun berkumpul di
kamar semut dan koala untuk berbicara dan menjelaskan situasinya sekarang.
“baiklah. kau memang benar kol. dan ibu juga.
sejak awal, sejak kedatangannya ke sini dia memang sudah seperti itu. kini aku
sudah tidak ada urusan dengannya lagi. kau sudah benar kol” ujar semut sambil
melempar senyum pada koala dan ibunya.
“apa kau baik-baik saja?” tanya koala khawatir.
“aku baik-baik saja. tenanglah. ini bukan
tentang kiamat atau akhir dunia kan? kau ini !” jawab semut dengan senyum
tipis.
“baiklah, kalau begitu kita akan pergi nanti
pada saat perayaan jangkrik tiba. setidaknya kita harus menampakkan diri karena
ayah jangkrik tadi datang menemui ibu” ibu menyela pembicaraan.
Mereka semua terdiam. Mencerna kalimat yang
ibu katakan. “ayo kita pergi. Paling tidak yang mengundang kita adalah ayah
jangkrik, bukan jangkrik atau si betina. ya kan?” koala memecah suasana. Mereka
semua pun mengangguk setuju untuk datang.
3 malam telah berlalu, perayaan jangkrik pun
tiba. ibu koala, koala, dan semut datang menghadiri acara pesta tersebut.
“cukup meriah. bu, bolehkah kita berkeliling?” tanya koala pada ibunya.
“baiklah. tapi jangan sampai ‘mereka’ melihat
kalian. dan jika memang kalian bertemu kalian tau harus jawab apa. dan, jangan
lama-lama. saat matahari tenggelam ibu tunggu kalian di depan” jelas ibu pada
koala dan semut. mereka pun menjawab dengan nada prajurit sehingga membuat ibu
koala dan mereka pun ikut tertawa.
“kol, jangan terlalu banyak makan ! simpan
saja di sakumu dan kita makan di rumah. aku tidak suka keramaian. kau tahu
kan?” desak semut pada koala.
“benar juga. bagus juga idemu. lagi pula ibu
sudah menunggu kita. ayo !” perintah koala.
“kalian datang? aku pikir kalian tidak akan
datang. dimana bibi koala?” sapa jangkrik dengan serumpun pertanyaan.
=======================
To Be Continue
No comments:
Post a Comment