Thursday, August 21, 2014

Semut, Koala, Jangkrik #Part 2

I'm coming back for the next part. Sorry for the late post, and also so sorry if I had some typo. Enjoy reading :)

“bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan sekarang? aaaaaarrgh !!!” gerutu koala.

Tak terasa sudah hampir 2 musim berlalu. Ibu koala dan semut belum juga kembali dari perjalanan mereka. Koala begitu khawatir karena mereka belum juga kunjung pulang. Sementara itu, koala lebih mengkhawatirkan tentang situasi jangkrik saat ini.

“aku tidak akan selesai dengan jangkrik” ujar jangkrik betina. Koala pun terkejut, namun ia tidak menampakkan wajah terkejutnya tersebut agar tidak membuat sang betina mencurigainya. Koala pun hanya mengangguk mendengarkan perkataan sang betina.
“baiklah. jika memang seperti itu, kami, terutama adikku semut tidak akan ikut campur tentang jangkrik. lagi pula sejak awal memang kami tidak pernah memperhatikan kalian. hanya saja, kalau jangkrik bukanlah sahabatku,dan juga sudah ku anggap seperti adikku sendiri, mungkin aku tidak akan terlalu memperdulikannya. aku akui, selama ini kami sudah salah. berbahagialah kalian” jelas koala sambil menahan amarahnya.
“baik kalau begitu. kami akan menemui orang tua betina 2 malam berikutnya. jika sudah ada kata sepakat tentang pertunangan ataupun pernikahan kami, akan kami beritahu lagi” sela jangkrik.
“tidak perlu. sudah cukup sampai disini saja. kami, terutama adikku sudah tidak ada urusan lagi dengan kalian terutama dengan kau jangkrik. kita sudah sepakati itu diawal pembicaraan” jawab koala ketus.

Setelah malam itu, koala terus menunggu semut dan ibu koala. Sampai pada malam setelahnya mereka pun kembali.
“kami pulang~” teriak semut dengan sangat kuat. Sementara semut duduk di pundak ibu koala.
Koala terkejut dan terbangun dari lamunannya. Sambil mengembalikan ingatannya, ia berjalan menuju pintu. “kalian kembali? kenapa tidak sekalian tinggal disana bersama kolonimu? aku sudah cukup bahagia tidak ada kalian” gerutu koala kesal.
“benarkah? ibu kira rumah ini sudah habis kau makan karena kau tidak dapat menemukan makanan. ternyata masih sama seperti saat terakhir ibu pergi” goda ibu koala.
“hahaha, ibu salah. aku pikir, koala sudah berubah menjadi rayap atau tupai saat kita pulang. ternyata dia masih tetap koala. aku pikir dia tidak akan bertahan jika tidak ada ibu yang menyiapkan makanan” tambah semut mengejek.
Koala pun kesal dengan ejekan semut. Tapi akhirnya mereka pun tertawa bersama. Mereka menghabiskan sisa malam hari itu dengan menceritakan perjalanan ibu koala dan semut dan juga peristiwa yang terjadi saat mereka dalam perjalanan. Koala tampak asik mendengarkan cerita adik kecilnya itu. Sesekali ia terkejut ketika mendengar bagian yang menurutnya cukup mengerikan untuk makhluk seukuran adiknya itu. Sesekali juga ia tercengang, tidak mengerti tentang penglihatan yang dilihat adiknya itu. Ibu koala yang menyaksikan kedua anaknya itu tersenyum tipis. Tak menyangka bahwa mereka adalah keluarga. Seketika ibu koala pun lupa bahwa mereka sudah lama berkeluarga.

“apa kau bercanda? tapi, bagaimana rupa sang ratu itu? benarkah ia besar sekali bu? dan kenapa kau tidak bersama kolonimu sekarang?” koala pun bertanya-tanya.
“dia memang besar. tapi ibu masih lebih besar daripadanya. hanya ukurannya saja yang lebih besar dari semut pada umumnya. mereka juga seorang ibu dari ribuan atau mungkin jutan semut lain. dan, kenapa semut tidak bersama koloninya karena ia diberikan izin untuk tinggal bersama kita. tapi, baru beberapa malam kami pergi kau sudah seperti semut. banyak sekali pertanyaanmu itu koala~” jelas ibu koala seraya menggoda koala lagi.
“sepertinya kau memang tidak ingin bertemu denganku lagi. jika aku tahu akan seperti ini maka sebaiknya aku kembali dengan koloniku” goda semut lagi.
“b-b-bu-bukan seperti itu. maksudku, ku kira aku akan benar-benar tidak dapat bertemu denganmu lagi karena ketika pergi ibu mengatakan bahwa akan mengantarmu pulang ke kolonimu. aku kira aku akan mencari adik baru lagi. tapi pasti dia tidak akan semenjengkelkan kau” jelas koala malu-malu.
Ibu koala pun hanya tertawa kecil melihat kedua anaknya itu saling melempar ejekan. Ibu koala merasa suasana dirumahnya menjadi lebih hidup ketika semut masuk ke dalam rumah mereka. Mereka juga sering melemparkan gurauan yang kadang tidak penting itu sebagai hiburan. Hari pun menjelang pagi, sisa malam itu pun mereka gunakan untuk beristirahat.

Paginya, koala menyuruh semut untuk menunggunya di padang rumput yang biasa mereka temui. Sementara koala berbincang dengan ibu yang tengah merapikan rumah.
“ibu, 2 malam lalu jangkrik dan si betina menemuiku di tempat kami biasa memahat. dan si betina mengatakan bahwa hari ini mereka akan menemui orang tua si betina. dan ibu tau apa yang dikatakan betina pada saat itu? dia berkata bahwa dia tidak akan melepaskan jangkrik apapun yang terjadi. dan ia pun secara tidak langsung mengatakan bahwa aku dan semut tidak boleh, dan dilarang untuk menemui dan berteman dengan jangkrik. ia mengira bahwa semut akan menghasut dan memperdaya jangkrik untuk mengusir si betina darinya. maka itu ku kira secara tidak langsung ia mendoktrin hal tersebut. lalu ku turuti saja apa yang dia mau. aku bilang bahwa saat itu juga kami sudah tidak ada urusan lagi. dan yang lebih aku sesalkan lagi ialah jangkrik tidak berkata sedikitpun saat si betina mengatakan hal itu. aku merasa kesal bu. bagaimana aku harus menjelaskannya pada semut?” koala bercerita pada ibu.
Ibu koala hanya terdiam mendengar perkataan anaknya itu. Koala pun juga hanya menatap ibunya dengan penuh harap bahwa ibunya akan memberika solusi.
“tidak. kau harus menceritakan hal ini juga padanya. ibu memang berteman dengan ayahnya jangkrik. tapi jika mereka menyakiti putra ibu, walaupun secara tidak langsung, ibu tetap tidak terima perlakuan mereka yang seperti itu. kau sudah melakukan hal yang benar. tidak peduli bagaimana akhirnya nanti, kau tetap harus menceritakannya pada semut. ceritakan yang sebenarnya. pilihan terakhir hanya terletak pada jangkrik sendiri. jika memang ia lebih memilih betina maka ia harus siap untuk kehilangan kalian. jika tidak, itu malah menjadi baik untuknya. dia seharusnya menyadari kehadiran dan keberadaan kalian untuknya. jika ia tetap melanjutkannya, maka berarti ia memang sudah kehabisan adab. tidak apa-apa, ceritakanlah. biar nanti ibu membantumu bicara juga dengan semut” jawab ibu tegas kepada koala.
Mereka berdua pun terdiam sejenak. Hanya saling pandang dan saling menunduk.
“aku pergi dulu bu. semut pasti sudah menungguku terlalu lama” pamit koala lirih. Ibu koala tidak menjawab ucapan  koala. Koala pun pergi berlalu meninggalkan rumah menuju ke padang tempat semut sedang menunggu. Selama dalam perjalanan, koala hanya memikirkan bagaimana akan mengatakannya pada adiknya itu.

“kol ! kau ini lama sekali ! aku sampai pusing melihat luasnya padang ini yang semuanya hampir sama warnanya” eluh semut pada koala.
“hei kau sem, sudah ku bilang jangan panggil aku kol ! maafkan aku, tadi ibu menyuruhku mencarikannya sesuatu” jawab koala sambil berjalan menghampiri adiknya yang hampir tidak terlihat karena semua rumput itu.
Mereka berdua terdiam cukup lama. Angin pun dapat mengeluarkan suaranya yang lembut melewati helai bulu mereka. Sampai pada akhirnya semut memecahkan kesunyian itu.
“tadi jangkrik datang menemuiku” semut berkata singkat.
Koala terkejut, tapi ia hanya bisa terdiam dan berusaha menyembunyikannya keterkejutannya itu.

“bagaimana ini? aku sedang menyiapkan mentalku untuk mengutarakannya, kenapa ia malah mengatakan kalau jangkrik baru saja menemuinya? apakah ia sudah menceritakan semuanya? apa yang ia katakan pada semut? kenapa ia mendahuluiku, ish !” gerutu koala dalam hati.

“dia datang menyapaku. dia bilang sudah lama dia tidak bertemu dan menyapaku. dia bertanya apa aku sudah menemukan koloniku. dia juga berkata agar kita mampir ke rumahnya 3 malam dari sekarang. ku pikir pasti akan ada pesta besar. tapi dia tidak mengatakan apapun” jelas semut.
“huuuft, kupikir ia sudah menceritakannya. tenanglah kol, kau harus tenang untuk mengatakan hal ini padanya. eh, tapi kenapa aku malah memanggil diriku sendiri kol? mengapa aku jadi memanggil diriku sendiri kol? aish, semut sudah merusak ketenanganku !” pikir koala dalam hati lagi.
“aku mengira, ibu pasti akan marah jika aku mengatakan hal ini pada ibu. dan dia pasti langsung berkata agar kita tidak usah datang. tapi, yasudahlah, aku akan menyampaikan pesannya. oya, kita akan melakukan apa hari ini? dan kenapa kau mengajakku kesini?” semut akhirnya mulai bertanya.
Koala pun terbangun dari renungannya. “sebenarnya aku hanya ingin menenangkan diri. aku lelah beberapa hari ini, tidak ada ibu membuat pekerjaanku bertambah. karyamu sudah kuselesaikan. sudah kusimpan di lemari ayah. apa kau sudah melihatnya?” tanya koala.
“hmmm, aku sudah melihatnya tadi pagi. ibu juga memujinya. ternyata kau pandai mengukir juga. sepertinya aku sudah cukup mempengaruhimu” ejek semut.
“ya, sepertinya kau sudah banyak mempengaruhiku. tadi aku bahkan memanggil diriku sendiri kol. kau sudah mempengaruhiku. dan aku berterima kasih untuk itu. sepertinya kau sudah mengajariku menjadi seorang kakak. dan sepertinya ibu juga senang dengan diriku yang sekarang” jawab koala sambil tertawa kecil.
“benarkah? wah, sepertinya kau sudah menerima panggilan itu dengan baik. yah, sepertinya ibu memang senang dengan dirimu yang sekarang. mau kuceritakan lelucon yang aku dapat dari belalang tua yang kutemui di perjalanan?” semut balas bertanya.
“semut. aku harus mengatakan sesuatu kepadamu. ini tentang jangkrik” sela koala singkat.
“tentang apa? apa tentang ia akan menemui orang tua si betina hari ini? aku sudah mengetahuinya kol” jawab semut sambil tersenyum tipis menatap koala.
“ada hal lain lagi yang mungkin ia tidak ceritakan padamu. ini tentang si betina” tambah koala.
Semut terkejut tentang apa yang koala katakan. Ia lalu mendengarkan koala tentang apa yang terjadi malam itu dan apa yang si betina katakan. Semut lunglai saat itu juga. Sebelum ia bersandar pada daun yang rapuh itu, koala menahannya dengan cakarnya lalu mengangkat semut di telapak tangannya. Mereka pun terdiam sangat lama. Sampai akhirnya koala mengajak mereka untuk pulang.

Sepulangnya mereka, ibu langsung menyambut mereka. Melihat wajah yang tak sedap dipandang mata muncul dari pintu, ibu koala merasa ia sudah mengetahui apa yang terjadi. Mereka pun berkumpul di kamar semut dan koala untuk berbicara dan menjelaskan situasinya sekarang.
“baiklah. kau memang benar kol. dan ibu juga. sejak awal, sejak kedatangannya ke sini dia memang sudah seperti itu. kini aku sudah tidak ada urusan dengannya lagi. kau sudah benar kol” ujar semut sambil melempar senyum pada koala dan ibunya.
“apa kau baik-baik saja?” tanya koala khawatir.
“aku baik-baik saja. tenanglah. ini bukan tentang kiamat atau akhir dunia kan? kau ini !” jawab semut dengan senyum tipis.
“baiklah, kalau begitu kita akan pergi nanti pada saat perayaan jangkrik tiba. setidaknya kita harus menampakkan diri karena ayah jangkrik tadi datang menemui ibu” ibu menyela pembicaraan.
Mereka semua terdiam. Mencerna kalimat yang ibu katakan. “ayo kita pergi. Paling tidak yang mengundang kita adalah ayah jangkrik, bukan jangkrik atau si betina. ya kan?” koala memecah suasana. Mereka semua pun mengangguk setuju untuk datang.

3 malam telah berlalu, perayaan jangkrik pun tiba. ibu koala, koala, dan semut datang menghadiri acara pesta tersebut. “cukup meriah. bu, bolehkah kita berkeliling?” tanya koala pada ibunya.
“baiklah. tapi jangan sampai ‘mereka’ melihat kalian. dan jika memang kalian bertemu kalian tau harus jawab apa. dan, jangan lama-lama. saat matahari tenggelam ibu tunggu kalian di depan” jelas ibu pada koala dan semut. mereka pun menjawab dengan nada prajurit sehingga membuat ibu koala dan mereka pun ikut tertawa.

“kol, jangan terlalu banyak makan ! simpan saja di sakumu dan kita makan di rumah. aku tidak suka keramaian. kau tahu kan?” desak semut pada koala.
“benar juga. bagus juga idemu. lagi pula ibu sudah menunggu kita. ayo !” perintah koala.
“kalian datang? aku pikir kalian tidak akan datang. dimana bibi koala?” sapa jangkrik dengan serumpun pertanyaan.

=======================
To Be Continue

No comments:

Post a Comment