Kali ini dihutan, saat koala sedang asyik
menyantap makan siangnya, seekor semut tengah duduk menatap makanannya di atas
kursi kecil yang dibuat koala untuknya. Beberapa hari ini entah kenapa semut lebih
senang memandangi makanannya dari pada memakannya. Atau mungkin, sekarang semut
makan dengan cara memandanginya? Entahlah, tapi koala terus menyantap makan
siangnya.
“kol, tidak kah kau berpikir seberapa luasnya
dunia ini?” tanya semut tiba-tiba pada koala.
Koala tetap menyantap makan siangnya tanpa
menjawab pertanyaan semut.
“tidak kah kau juga berpikir, kenapa kau ini
adalah koala, dan aku semut? Kenapa kau bukan jerapah dan aku bukan gajah?
Apakah menyenangkan menjadi seekor koala?” semut terus bertanya pada koala.
“sudah kubilang jangan panggil aku kol ! apa
kau ingin aku panggil sem? sudahlah, jangan pikirkan hal bodoh lagi. cepat
habiskan makananmu. sudah empat hari, kau hanya memandangi makananmu saja. apa
kau sekarang makan dengan hanya melihatnya saja? kalau itu bisa, bisakah kau
ajari aku? sepertinya itu menyenangkan, karena aku bisa tidur lebih lama” jawab
koala pada semut.
“kau benar. tapi paling tidak, bisakah kau
berikan jawabanmu? apa pendapatmu?” tanya semut lagi.
Koala kesulitan menjawab karena mulutnya penuh
dengan makanan. “Elk” koala menelan makanannya.
“kenapa kau semut dan aku koala? Kenapa kau
bukan gajah dan aku bukan jerapah? Itu karena kau dilahirkan sebagai semut dan
aku dilahirkan sebagai koala. kau bukan gajah karena jika kau gajah maka kau akan takut pada semut. aku bukan jerapah karena
jerapah tidak bisa memanjat dan tidur bergelantung seperti aku. kau puas?” jelas koala
pada semut lalu melanjutkan menghabiskan makannya.
Semut lalu menyantap makanannya setelah mendengar jawaban dari koala.
Tapi ia masih mempunyai banyak pertanyaan dalam benaknya.
Semut selalu membayangkan sebuah dunia yang
lain diseberang sana. Ia selalu membayangkan tentang hal-hal apa saja yang
terdapat diluar sana. Semut memang seperti itu, jika ia mempunyai pertanyaan,
maka harus ada seseorang yang dapat menjawab pertanyaannya, jika tidak maka ia
akan terus bertanya. Koala memang sudah seperti kakak untuk semut. Tapi jika
dipikirkan lagi, semutlah seharusnya yang menjadi soarang kakak. Karena semut lebih berpikiran lebih luas dan lebih
jauh dalam segala hal. Sedangkan koala menjawab pertanyaan semut hanya untuk
membuat semut berhenti bertanya dan memuaskan hasrat bertanyanya itu. Tapi
terkadang koala pun bertindak sangat benar dalam menjawab pertanyaan semut. Ibu
koala waktu itu menemukan semut sedang berjalan sendirian. Sepertinya ia
tertinggal oleh koloninya, sehingga ibu koala menjaga dan merawatnya seperti anaknya sendiri.
“benarkah kau ingin pergi bersama elang besok? apakah kau sudah mengatakannya
pada ibu?” tanya koala pada semut.
Semut terkejut mengetahui jika koala sudah
mengetahui rencananya.
“begitulah. mungkin dalam beberapa hari aku tidak akan kembali.
tapi aku belum mengatakannya pada ibu. bisakah kau membantuku?” pinta semut.
“jika kau mengajakku, aku akan bantu kau
bicara dengan ibu. jika tidak, entahlah, mungkin . . .”
Semut terdiam dan berpikir. “jika aku
mengajakmu, bagaimana caranya elang bisa membawamu? dia mungkin tidak akan
sanggup” tanya semut lagi.
Koala pun terdiam sambil berpikir. “benar
juga, tapi . . .”
“benar kan, sebaiknya kau tidak usah ikut. bilang saja aku sedang
berkemah dengan kumbang dan yang lainnya” potong semut.
“aku belum selesai ! tapi aku tidak sebesar
yang kau lihat, untuk ukuran anak-anak aku tidak terlalu besar, tapi karena kau
melihatku dari ukuranmu aku jadi terlihat lebih besar. aku akan bicara pada ibu
dan juga elang. tenang saja~” lanjut koala menjelaskan.
“memang
benar apa yang dikatakan koala. karena aku seekor semut, jadi saat melihatnya, ia
jadi terlihat sangat besar. dia tidak mengejekku, tapi memang seperti itulah
keadaannnya. mungkin ia memang benar.
lagipula, jika ia ikut denganku, ia bisa menjagaku, jadi ibu tidak akan
khawatir. walaupun hobinya tidur, jika ia bersamaku, hobi tidurnya itu akan
lebih jarang muncul” pikir semut dalam hati. “baiklah.
oya, nanti sore kita pergi menemui elang, bagaimana?” tanya semut lagi.
“baiklah. setelah ini aku akan menemui ibu
lalu kita temui elang. aku akan meyakinkan ibu agar kita bisa pergi. lagipula
aku juga ingin melihat dunia luar itu” jelas koala.
Mereka kemudian menghabiskan makan siang
mereka lalu bergegas menemui ibu koala.
“ibu, bolehkan aku dan semut pergi keluar
hutan sebentar saja? kami ingin melihat tempat itu agar bisa menentukan lokasi
berkemah yang baru. bolehkah?” pinta koala pada ibunya.
“kalian pergi dengan siapa? ajak jangkrik
dengan kalian” tanya ibu koala.
“kami pergi dengan elang bu. tapi, tidak
bisakah hanya kami bertiga saja? jangkrik mungkin sedang sibuk. sebab sejak
kemarin ku lihat ia sedang membuat sesuatu yang aku pun tidak tau apa itu” jelas
semut.
“kalian harus pergi dengan jangkrik atau
kalian tidak boleh pergi. pilih mana?” desak ibu.
Akhirnya mereka pun menyetujuinya dan bergegas
menemui elang. setelah berbicara pada elang, akhirnya elang pun setuju. Namun ia hanya
mengantar mereka saja, tidak menemani mereka. Saat mereka akan pulang barulah elang akan
menjemput mereka. Mereka pun setuju dan melanjutkan perjalanan menuju rumah
jangkrik.
“sedang apa kau?” tanya koala pada jangkrik.
“aku sedang membuat karya seni baru. semut
hanya melamun saja, jadi ku buat saja sendiri” jawab jangkrik. Semut hanya terdiam malu.
“ada perlu apa kalian kemari?” tanya jangkrik melanjutkan.
“kami akan pergi keluar hutan. maukah kau ikut bersama
kami? ibuku
menyuruhmu ikut dengan kami” tanya semut.
Jangkrik kemudian berpikir. Entahlah apa ia bisa
berpikir atau tidak, tapi selama ini yang semut tau, jangkrik tidak pernah
berpikir terhadap suatu hal apapun. Mungkin ini hanya akting. Atau mungkin
sekarang jangkrik sudah bisa berpikir. Entah juga.
“baiklah, aku akan ikut dengan kalian. tapi
kau, semut, kau harus menyelesaikan perkerjaanmu ini. kenapa juga aku yang
harus melanjutkan idemu ini?” gerutu jangkrik pada semut.
Semut menyetujuinya dan melanjutkan membantu
jangkrik menyelesaikan pekerjaannya.
Esok harinya, mereka bertemu di rumah
jangkrik. Lalu mereka berangkat menuju keluar hutan. Saat terbang, semut
memiliki banyak pertanyaan. Tapi ia tidak ingin bertanya sebab itu akan
mengganggu penerbangan elang. Setelah mendarat, mereka melihat banyak sekali
makhluk asing. Mereka seperti hewan, berkaki empat, namun mereka berjalan hanya
dengan kedua kakinya, sedangkan kakinya lain menggenggam sesuatu yang lain
seperti es yang berwarna namun dapat meleleh. Semut terkejut melihat semua itu.
Koala pun dapat mengelurakan matanya saat melihat pemandangan ini. sedangkan
jangkrik tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
“itu yang disebut manusia. mereka semua
berdarah panas. majikan daripada hewan tertentu seperti yang kalian lihat. hewan-hewan
itu diperbudaknya. menyuruh para hewan mengikuti semua perintahnya. ada juga
yang merusak ekosistem dan tempat tinggal para hewan dan tumbuhan lain seperti
rumah kita. jangan sekali-kali mendekat padanya atau kalian akan mati ditangan
mereka dengan berbagai senjatanya” elang memperingati.
Koala, semut, dan jangkrik hanya tercengang
mendengar penjelasan dari elang. Tapi mereka sepertinya tidak terlihat seperti
itu. Entahlah, tapi semut sangat ingin sekali mendekati mereka. begitupun
dengan koala. Tapi tidak dengan jangkrik. Ia malah asyik dengan dunianya
sendiri.
“baiklah, aku pergi dulu. panggil aku jika kalian
sudah selesai” pamit elang pada mereka bertiga.
Mereka kemudian berkeliling tempat yang mereka sebut
dengan pantai itu. Dibelakangnya, tempat sebelum memasuki hutan, terdapat seperti
pohon tinggi namun tidak memiliki batang ataupun daun yang mereka sebut gedung.
Semuanya terlihat menakjubkan untuk mereka. Mereka semakin penasaran untuk
mengelilingi tempat itu.
“semut, jangan jauh-jauh dariku” koala
memperingatkan.
“baiklah, aku akan bertanya kepada hewan lain tentang
tempat ini. aku akan segera kembali” jelas jangkring pada mereka.
Koala dan semut lalu berkeliling tak jauh dari
tempat mereka sampai sebelumnya. Banyak sekali yang mereka lihat, semuanya
terasa asing. Banyak pertanyaan kemudian muncul kembali dalam benak semut.
Namun ia menahannya agar lebih banyak pertanyaan lagi yang bisa ia jawab dan ia
tanyakan lagi. Itu memang sudah mendarah daging dalan dirinya. Dan itu tidak
dapat ia hilangkan dalam dirinya.
3 hari berlalu. Mereka lupa jika mereka sudah
cukup lama pergi meninggalkan rumah dan ibu mereka.
“koala, mari kita pulang. aku merindukan ibu.
apa kau merindukan ibu juga?” tanya semut.
“aku juga merindukan ibu, tapi masih banyak
yang ingin aku lihat disini” jelas koala.
“kau tau, disini juga ada yang sepertiku. aku sudah bertemu mereka
beberapa kali. dan ada seekor betina yang terus saja mengikuti. kau lihat disana? ya, dia disana” tunjuk
jangkring ke arah semak-semak.
“kau ini! apa kau tidak memikirkan ibumu? ia pasti khawatir!” marah semut pada jangkrik.
“lalu bagaimana? aku
tidak bisa membawanya pulang, ia hidup disini. ibu akan membunuhku jika tau aku
membawa seorang gadis yang tinggal jauh dari rumahnya” jawab jangkrik.
“kau nikahi saja dia
dan bawa ia pulang. mudah bukan?” cetus koala.
Jangkrik terdiam. Ia
sepertinya bingung harus bagaimana. Ia hanya menyukainya, bukan ingin
menikahinya
“tapi mungkin koala benar. tapi aku hanya
menyukainya, dan tidak ingin menikahinya. itu mungkin saja memang, tapi tidak
sekarang. aku harus bagaimana?”
pikir jangkrik.
“koala, kau jangan
mempersulit jangkrik! bicaralah padanya bahwa kau ingin mengajaknya kerumahmu,
lalu minta ijinlah pada orang tuanya. mereka pasti akan mengijinkan. aku jamin
itu” semut menasehati.
“kau benar. aku akan
kerumahnya sekarang. kau memang sahabat terbaikku semut” jangkrik sangat senang
sampai ia memeluk semut terlalu kencang hingga ia sulit bernapas.
“baiklah jika begitu,
besok pagi kita akan pulang. aku akan memanggil elang untuk memberitahunya”
semut kemudian pergi untuk memberitahu elang dimana posisinya sekarang karena
mereka sudah membuat kesepakatan sebelumnya.
Esok paginya mereka
pun bertemu elang dan kemudian pulang. Jangkrik berhasil membawa jangkrik
betinanya untuk ikut pulang dengannya. Sebenarnya semut sudah mengetahui ini
sejak awal. Walaupun ia banyak bertanya, tapi semut pun bisa menemukan
jawabannya atas pertanyaannya sendiri. Memang begitulah sifat semut. Koala yang
selalu menemaninya pun sama, ia juga memperhatikan kedua jangkrik itu. Dan ia
pun mulai bertanya-tanya seperti semut sampai akhirnya semutpun bertanya
tentang pertanyaan yang sama dengannya. Jika memang seperti itu, mereka adalah
pasangan, dan sepertinya lagi mereka akan mempunyai saudara baru, jangkrik
betina itu.
“ibu kami pulang~”
teriak koala menyapa ibunya.
“kalian sudah pulang. kalian
baik-baik saja? dimana semut? apa dia baik-baik saja? tidak ada yang terluka
kan? apa antenanya masih berfungsi?” ibu bertanya sama seperti semut.
“ibu, sepertinya ibu
sudah tertular oleh semut setelah kami pergi. bagaimana ibu bisa bertanya
sebanyak itu seperti semut?” gerutu koala kesal.
“kami baik-baik saja
bu . . .” semut muncul dari balik telinga koala. “kakak selalu makan disana. aku
tidak pernah dijaga olehnya sedetikpun. namun tidurnya mulai berkurang. haha. banyak
sekali yang ingin aku ceritakan pada ibu. maukah ibu mendengarkan?” tanya
semut.
Ibu tersenyum
menyetujui pertanyaan semut. Mereka pun duduk bersama sambil mendengarkan semut
dan koala bercerita. Ibu sangat terkejut mendengar cerita dan petualangan
mereka. Ibu pun terkejut pada jangkrik yang bertemu dengan betinanya.
“kalian bertemu
manusia? kalian tidak menemuinya bukan?” tanya ibu khawatir.
Semut dan koala
bingung terhadap respon ibu. “aku tidak, tapi semut sempat menghampiri mereka
namu tidak sedekat yang ibu bayangkan” jawab koala.
“itu benar. aku sudah
tau karena aku pernah melihat air dalam dinding yang mereka akan minum didekati
oleh semut dan serangga lain seperti aku lalu mereka memukulnya hanya dengan
satu pukulan dan mereka pingsan. jadi aku tidak mendekati mereka lagi” jelas
semut.
“huuft, kalian ini.
Lain kali jangan coba-coba mendekati mereka lagi. ingat itu ! tapi, apa kalian
akan berkemah ditempat itu? ibu tidak akan mengijinkan kalian jika kalian
berkemah ditempat itu” ibu memperingati.
“berkemah? siapa yang
ingin . . .” koala menimpa semut dengan makanan yang dipegangnya sehingga ia
tidak melanjutkan pembicaraannya. Ibu kebingungan kemudian mengambil makanan
yang menimpa semut. “kami tidak akan berkemah disana bu. disana cukup
menyeramkan. aami tidak jadi berkemah bu. iya kan semut?” jelas koala pada ibu
sambil memberikan kode pada semut agar menyetujui perkataannya.
Semut kemudian
menyetujui perkataan koala kesal sambil membersihkan sisa makanan yang menimpa
tubuhnya tadi.
“baiklah. cepat kalian
mandi dan ibu akan menyiapkan makan malam untuk kalian” perintah ibu.
Mereka bergegas pergi
dan mereka sempat beradu argumen.
Selesai makan malam,
ibu koala, koala dan semut pergi ke rumah jangkrik untuk melihat jangkrik
betina. Ibu mengucapkan selamat dan kemudian para orang tua langsung
berbincang-bincang. Semut yang tengah asik memandang langit tiba-tiba terkejut
saat jangkrik betina menghampirinya.
“kau melamun?” tanya
jangkrik betina.
“oh, tidak. aku hanya
sedang bertanya. apa mereka masih belum selesai?” tanya semut kembali.
“sepertinya belum. kenapa
kau sangat ketus padaku? apa aku tidak menyenangkan? apa aku berbuat salah?”
Semut terdiam bingung.
“tidak, kau tidak salah. mungkin itu hanya pikiranmu saja” jawab semut singkat.
“benarkah? hanya
perasaanku saja?” tanya jangkrik betina lagi.
“iya” jawab semut
singkat kembali. suasana pun hening sejenak. bahkan jangkrik betina pun seperti
hendak mengeluarkan suara jangkriknya.
“baiklah, aku akan masuk
kedalam” pamit jangkrik betina.
“sebenarnya, aku
memang tidak menyukaimu . . .” potong semut saat si betina hendak pergi. “jangkrik
hanya memikirkanmu saja. ia hanya terus bertanya tentangmu. apa kau cantik,
bagaimana jika aku, bisakah aku, dan yang lainnya. aku seperti mainan batunya
yang ia terus ajak bicara. aku lelah menjadi batu mainannya. sebelum kau
muncul, ia selalu bergairah jika ku ajak untuk membuat perkamen, berkemah,
memainkan permainan konyol saat aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang
kakak ku juga tidak bisa jawab, bercanda, semua yang biasa kami lakukan tidak
pernah kami lakukan setelah kau muncul. ia hanya selalu bertanya tentang kau,
pendapatku tentang kau, dan hal lainnya tentang kau. pernah aku berpikir untuk
menyingkirkanmu, tapi kakakku melarangku karena itu perbuatan jahat. kakakku
pun tidak menyukaimu karena sahabat adiknya telah menghilang. ia juga tidak
menyukai jangkrik yang sekarang. begitu juga denganku. sejak kau muncul, kau
juga menghalangi segala kegiatan yang biasa ia lakukan, menghalangi untuk
bertemu teman-temannya, bersenda gurau dengan ibunya, bermain dengan kami,
bercanda dengan kami, hal-hal biasanya kami lakukan bersama, sepertinya kau
membuat jarak antara kami. Entahlah, mungkin itu hanya perasaanku, tapi keyakinanku
mengatakan seperti itu. sudahlah tidak usah dipikirkan, aku hanya asal bicara
saja. aku akan pergi. aku hanya datang untuk menemani ibu saja. tolong jaga
jangkrik untuk kami” semut kemudian beranjak pergi meninggalkan jangkrik
betina. Ia merasa bersalah karena sudah menumpahkan kekesalannya padanya.
Semut kemudian pergi
menemui koala dan ibunya lalu kembali pulang ke rumah. Sesampainya dirumah ia
menceritakan kejadian tadi kepada koala.
“apa kau gila? kau
berkata seperti itu pada si betina? bagaimana bisa? lalu, bagaimana responnya?”
tanya koala penasaran.
“entahlah, aku tidak
memperhatikan. aku tau aku salah. tapi . . .
aaaaarghh, sudahlah, semuanya sudah terjadi. kita lihat saja apa
kata-kataku tadi mempengaruhinya atau tidak. aku sudah lelah” jelas semut.
Kemudian semut bersembunyi didalam selimutnya. Koala hanya menghela napas
melihat adiknya yang sedih itu.
“tidurlah. besok
semuanya pasti akan berubah. selamat malam~” koala menenagkan.
Semut hanya terdiam
didalam selimutnya. Ia masih terus saja memikirkan betapa bodohnya ia karena
telah mengatakan itu semua kepada si betina. Ia hanya dapat berharap kalau
besok semuanya akan kembali normal.
Esok harinya, seperti
biasa koala membantu semut untuk membuat kreasinya bersama dengan jangkrik.
Suasana itu cukup lama hening sampai koala bertanya pada jangkrik.
“apa kau sungguh menyukai
betina itu?”
“entahlah, aku pun
bingung. aku memang menyukainya, tapi tidak ingin menikah dengannya. dan
sepertinya ia juga terlalu mengaturku. jika aku sibuk bekerja ia akan bilang
kalau aku tidak memperdulikannya dan mengancam akan kembali kerumahnya. saat
aku berkumpul dan bermain bersama teman-temanku, ia bilang aku tidak
menyayanginya dan mengancam akan pulang. akupun bingung harus bagaimana.
padahal jika ia bertemu teman lamanya aku tidak penah melarang sedikitpun.
malahan ia juga masih sering berkomunikasi dengan seseorang yang menyukainya
saat masih disana dan aku pun tidak melarangnya. dan itu sering sekali. sempat
juga aku berpikir bahwa temannya itu masih menyukainya, dia pun masih bersikap
manis dan perhatian padanya, sama seperti padaku. entahlah aku bingung. tapi
beberapa waktu belakangan ini aku jadi tidak menyukainya” jelas jangkrik.
“apa kau tidak
mendengar sesuatu dari si betina? tentang temannya itu, atau hal lainnya?”
tanya semut.
“tidak. hanya saja aku
ingin tetap seperti ini namun aku juga ingin dia seperti teman dekatku. tapi
tidak seperti teman biasa, tapi teman yang istimewa. tidak selalu terfokus pada
ku dan dia, aku tetap bisa menjalani dan menikmati hidupku seperti biasanya.
jika seperti ini terus aku benar-benar seperti suami untuknya. bahkan seorang
istri pun tidak akan seperti itu. ibuku tidak seperti itu juga terhadap ayahku.
entahlah aku bingung” jawab jangkring bingung.
“sebenarnya semut
telah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak ia katakan. dan itupun
seharusnya didengar olehmu . . . “ koala menerangkan.
“kakak sudahlah jangan
diteruskan. ia pun tidak mengatakan padanya, sudah cukup!” pinta semut pada
koala.
“aku harus
mengatakannya juga agar ia tau. dan ini pun agar ia dapat berpikir. biarkan
saja aku yang memberitahunya” koala memaksa semut. Semut pun hanya bias
tertunduk diam mendengar koala berkata seperti itu. ia lalu mempersiapan diri
akan kemungkinan jangkrik tidak akam mau berteman dengannya lagi.
Koala lau menceritakan
tentang semut yang mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tidak ia katakan pada
si betina semalam. Jangkrik hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh koala
tentang semut. Ia kemudian terduduk dan langsung pergi meninggalkan semut dan
koala. Koala dan semut pun tidak dapat berkata apapun setelah itu, mereka hanya
melihat jangkrik pergi berlalu kemudian mereka pun kembali pulang ke rumah.
“bagaimana ini ibu?
bagaimana jika jangkrik tidak akan memaafkanku? bagaimana jika ia tidak ingin
menjadi temanku lagi?” tanya semut sedih pada ibunya.
Koala hanya terdiam
memandangi semut kecil yang ada di tangan ibunya itu. Iapun merasa sedih, tapi ia
pikir jangkrik pun harus tau apa yang terjadi. Itu juga demi kebaikannya agar
ia tidak menyesal dikemudian hari. Tapi ia pun sedih karena adiknya adalah
temannya jangkrik, dan si betina sepertinya menghalangi pertemanan mereka
berdua. Ia seperti mengatur jangkrik agar hanya ia seorang yang diperhatikan
dan ia saja yang diperdulikan.
“sudahlah. kau sudah
melakukan hal benar. kita lihat saja, apakah perkataanmu itu berpengaruh pada
mereka atau tidak. tapi sebenarnya ibu juga tidak terlalu menyukainya, ibunya
jangkrik pun sepertinya juga sama. sepertinya ia memang seperti yang kau
katakan, dan ternyata itu benar. kau sudah benar. tidak ada yang perlu kau
khawatirkan. jika memang jangkrik adalah temanmu, maka ia akan mendengarkan
perkataanmu. sudahlah jangan sedih lagi. kau mau kalau kakakmu mengejekmu?” ibu
menasehati sambil mengejek semut.
“itu benar. anak ibu
yang selalu banyak bertanya, yang selalu membuat aku ingin melepaskan telingaku
agar aku tidak bisa mendengar semua pertanyaanya, dan yang selalu ingin
kusumpal mulutnya agar ia tidak terus-terusan bertanya, ternyata hanya karena
masalah seperti ini ia menjadi dramatis sekali. sepertinya ibu harus mencari
anak semut baru untuk menjadi adik baruku” goda koala pada semut.
Ibu hanya tersenyum
melihat anak-anaknya yang selalu dan sangat kompak.
“mungkin koala benar.
sepertinya aku harus mencari semut baru untuk menjadi anakku. Atau mungkin
sebaiknya kita mencari ulat saja? jika sudah besar ia akan terlihat cantik. ibu
ingin sekali punya anak yang cantik seperti kupu-kupu itu nanti” ibu koala ikut
menggoda.
“aaaaaaa, ibu jangan~”
jawab semut kesal.
Semua langsung tertawa
karena ulah semut kecil itu. Suasana pun kembali menjadi ceria seperti sedia
kala.
Esoknya saat matahari
mulai tenggelam, jangkrik dan si betina datang ke rumah koala.
“apa yang kalian
lakukan disini?” tanya koala pada jangkrik dan si betina.
“kami ingin bertemu
dengan semut” jawab jangkrik singkat.
“semut tidak disini,
ia sedang pergi dengan ibu untuk mencari koloninya. ada perlu apa kalian pada
adikku?” tanya koala lagi sedikit ketus.
“kami ingin
membicarakan masalah waktu itu dengannya. kapan ia akan kembali?” tanya si
betina.
“entahlah. bisa satu
bulan, mungkin lebih, mungkin juga ia tidak akan kembali. jika kalian ingin
membicarakan masalah itu kalian dapat membicarakannya denganku” jelas koala.
Mereka terdiam sejenak
dan saling memandang. “baiklah, nanti malam saat bulan mulai muncul di tempat
pertama kali kita membuat perhiasan” jangkrik memberitahu.
“baiklah” jawab koala
singkat.
Saat bulan mulai
muncul koala sudah ada disana. Ia sudah menduga bahwa hari ini akan datang dan
ia pun sudah menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.
“apa semut belum
kembali?” tanya betina
“tidak, ia masih belum
pulang. sudah kukatakan, ia akan kembali dalam waktu yang lama, dan mungkin
tidak akan pernah kembali” jawab koala.
“aku akan pergi
sebentar. kalian boleh mulai tanpa aku” jangkrik pergi lalu.
Setelah jangkrik pergi
berlalu, “baiklah, aku akan langsung saja. aku tidak akan selesai dengannya.
aku tau kau pasti sudah mendengarnya dari semut, tapi aku tidak akan berhenti.
aku tau, tapi dialah yang mengajakku kesini. jika aku mau, aku juga bisa pergi
dari sini. aku juga punya jangkrik lain yang menyukaiku dan ia pun masih berharap
padaku. jadi aku tidak perlu repot. aku begitu karena aku ingin membuatnya
hanya memikirkanku. tidak ada yang lain. tapi kemudian ternyata semut berkata
seperti itu. tapi itu juga benar. aku memaksanya, aku berusaha agar dia lebih
melihatku, tapi itu juga untuk aku. dan sekarang aku mulai berpikir apa semut
menyukai jangkrik? dia bereaksi seperti itu sebagai teman, tapi kupikir itu
terlalu berlebihan. jadi sekarang aku bertanya, apakah ia menyukainya?” jelas
si betina.
>>>>>> to be continue
<<<<<<
How? Aduh ini
ngelanjutinnya pas lagi ga ngefeel, beneran deh. Reviewnya ya. Kalo ada tulisan
yang salah ya maapin ya, kan typo. Saya juga kan lagi sibuk. Haha. Enjoy sama
ceritanya, next chapter postingnya nanti dulu ya, masih dalam proses editing. Ga
sempet buat posternya juga cause masih terlalu sibuk sama urusan kuliah nih.
hehe