Sunday, June 22, 2014

Semut, Koala, Jangkrik

Kali ini dihutan, saat koala sedang asyik menyantap makan siangnya, seekor semut tengah duduk menatap makanannya di atas kursi kecil yang dibuat koala untuknya. Beberapa hari ini entah kenapa semut lebih senang memandangi makanannya dari pada memakannya. Atau mungkin, sekarang semut makan dengan cara memandanginya? Entahlah, tapi koala terus menyantap makan siangnya.

“kol, tidak kah kau berpikir seberapa luasnya dunia ini?” tanya semut tiba-tiba pada koala.
Koala tetap menyantap makan siangnya tanpa menjawab pertanyaan semut.
“tidak kah kau juga berpikir, kenapa kau ini adalah koala, dan aku semut? Kenapa kau bukan jerapah dan aku bukan gajah? Apakah menyenangkan menjadi seekor koala?” semut terus bertanya pada koala.
“sudah kubilang jangan panggil aku kol ! apa kau ingin aku panggil sem? sudahlah, jangan pikirkan hal bodoh lagi. cepat habiskan makananmu. sudah empat hari, kau hanya memandangi makananmu saja. apa kau sekarang makan dengan hanya melihatnya saja? kalau itu bisa, bisakah kau ajari aku? sepertinya itu menyenangkan, karena aku bisa tidur lebih lama” jawab koala pada semut.
“kau benar. tapi paling tidak, bisakah kau berikan jawabanmu? apa pendapatmu?” tanya semut lagi.
Koala kesulitan menjawab karena mulutnya penuh dengan makanan. “Elk” koala menelan makanannya.
“kenapa kau semut dan aku koala? Kenapa kau bukan gajah dan aku bukan jerapah? Itu karena kau dilahirkan sebagai semut dan aku dilahirkan sebagai koala. kau bukan gajah karena jika kau gajah maka kau akan takut pada semut. aku bukan jerapah karena jerapah tidak bisa memanjat dan tidur bergelantung seperti aku. kau puas?” jelas koala pada semut lalu melanjutkan menghabiskan makannya.
Semut lalu menyantap makanannya setelah mendengar jawaban dari koala. Tapi ia masih mempunyai banyak pertanyaan dalam benaknya.

Semut selalu membayangkan sebuah dunia yang lain diseberang sana. Ia selalu membayangkan tentang hal-hal apa saja yang terdapat diluar sana. Semut memang seperti itu, jika ia mempunyai pertanyaan, maka harus ada seseorang yang dapat menjawab pertanyaannya, jika tidak maka ia akan terus bertanya. Koala memang sudah seperti kakak untuk semut. Tapi jika dipikirkan lagi, semutlah seharusnya yang menjadi soarang kakak. Karena  semut lebih berpikiran lebih luas dan lebih jauh dalam segala hal. Sedangkan koala menjawab pertanyaan semut hanya untuk membuat semut berhenti bertanya dan memuaskan hasrat bertanyanya itu. Tapi terkadang koala pun bertindak sangat benar dalam menjawab pertanyaan semut. Ibu koala waktu itu menemukan semut sedang berjalan sendirian. Sepertinya ia tertinggal oleh koloninya, sehingga ibu koala menjaga dan merawatnya seperti anaknya sendiri.

“benarkah kau ingin  pergi bersama elang besok? apakah kau sudah mengatakannya pada ibu?” tanya koala pada semut.
Semut terkejut mengetahui jika koala sudah mengetahui rencananya.
“begitulah. mungkin dalam beberapa hari aku tidak akan kembali. tapi aku belum mengatakannya pada ibu. bisakah kau membantuku?” pinta semut.
“jika kau mengajakku, aku akan bantu kau bicara dengan ibu. jika tidak, entahlah, mungkin . . .”
Semut terdiam dan berpikir. “jika aku mengajakmu, bagaimana caranya elang bisa membawamu? dia mungkin tidak akan sanggup” tanya semut lagi.
Koala pun terdiam sambil berpikir. “benar juga, tapi  . . .”
“benar kan, sebaiknya kau tidak usah ikut. bilang saja aku sedang berkemah dengan kumbang dan yang lainnya” potong semut.
“aku belum selesai ! tapi aku tidak sebesar yang kau lihat, untuk ukuran anak-anak aku tidak terlalu besar, tapi karena kau melihatku dari ukuranmu aku jadi terlihat lebih besar. aku akan bicara pada ibu dan juga elang. tenang saja~” lanjut koala menjelaskan.

“memang benar apa yang dikatakan koala. karena aku seekor semut, jadi saat melihatnya, ia jadi terlihat sangat besar. dia tidak mengejekku, tapi memang seperti itulah keadaannnya. mungkin ia memang benar. lagipula, jika ia ikut denganku, ia bisa menjagaku, jadi ibu tidak akan khawatir. walaupun hobinya tidur, jika ia bersamaku, hobi tidurnya itu akan lebih jarang muncul” pikir semut dalam hati. “baiklah. oya, nanti sore kita pergi menemui elang, bagaimana?” tanya semut lagi.
“baiklah. setelah ini aku akan menemui ibu lalu kita temui elang. aku akan meyakinkan ibu agar kita bisa pergi. lagipula aku juga ingin melihat dunia luar itu” jelas koala.

Mereka kemudian menghabiskan makan siang mereka lalu bergegas menemui ibu koala.

“ibu, bolehkan aku dan semut pergi keluar hutan sebentar saja? kami ingin melihat tempat itu agar bisa menentukan lokasi berkemah yang baru. bolehkah?” pinta koala pada ibunya.
“kalian pergi dengan siapa? ajak jangkrik dengan kalian” tanya ibu koala.
“kami pergi dengan elang bu. tapi, tidak bisakah hanya kami bertiga saja? jangkrik mungkin sedang sibuk. sebab sejak kemarin ku lihat ia sedang membuat sesuatu yang aku pun tidak tau apa itu” jelas semut.
“kalian harus pergi dengan jangkrik atau kalian tidak boleh pergi. pilih mana?” desak ibu.
Akhirnya mereka pun menyetujuinya dan bergegas menemui elang. setelah berbicara pada elang, akhirnya elang pun setuju. Namun ia hanya mengantar mereka saja, tidak menemani mereka. Saat mereka akan pulang barulah elang akan menjemput mereka. Mereka pun setuju dan melanjutkan perjalanan menuju rumah jangkrik.

“sedang apa kau?” tanya koala pada jangkrik.
“aku sedang membuat karya seni baru. semut hanya melamun saja, jadi ku buat saja sendiri” jawab jangkrik. Semut hanya terdiam malu. “ada perlu apa kalian kemari?” tanya jangkrik melanjutkan.
“kami akan pergi keluar hutan. maukah kau ikut bersama kami? ibuku menyuruhmu ikut dengan kami” tanya semut.
Jangkrik kemudian berpikir. Entahlah apa ia bisa berpikir atau tidak, tapi selama ini yang semut tau, jangkrik tidak pernah berpikir terhadap suatu hal apapun. Mungkin ini hanya akting. Atau mungkin sekarang jangkrik sudah bisa berpikir. Entah juga.
“baiklah, aku akan ikut dengan kalian. tapi kau, semut, kau harus menyelesaikan perkerjaanmu ini. kenapa juga aku yang harus melanjutkan idemu ini?” gerutu jangkrik pada semut.
Semut menyetujuinya dan melanjutkan membantu jangkrik menyelesaikan pekerjaannya.

Esok harinya, mereka bertemu di rumah jangkrik. Lalu mereka berangkat menuju keluar hutan. Saat terbang, semut memiliki banyak pertanyaan. Tapi ia tidak ingin bertanya sebab itu akan mengganggu penerbangan elang. Setelah mendarat, mereka melihat banyak sekali makhluk asing. Mereka seperti hewan, berkaki empat, namun mereka berjalan hanya dengan kedua kakinya, sedangkan kakinya lain menggenggam sesuatu yang lain seperti es yang berwarna namun dapat meleleh. Semut terkejut melihat semua itu. Koala pun dapat mengelurakan matanya saat melihat pemandangan ini. sedangkan jangkrik tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

“itu yang disebut manusia. mereka semua berdarah panas. majikan daripada hewan tertentu seperti yang kalian lihat. hewan-hewan itu diperbudaknya. menyuruh para hewan mengikuti semua perintahnya. ada juga yang merusak ekosistem dan tempat tinggal para hewan dan tumbuhan lain seperti rumah kita. jangan sekali-kali mendekat padanya atau kalian akan mati ditangan mereka dengan berbagai senjatanya” elang memperingati.
Koala, semut, dan jangkrik hanya tercengang mendengar penjelasan dari elang. Tapi mereka sepertinya tidak terlihat seperti itu. Entahlah, tapi semut sangat ingin sekali mendekati mereka. begitupun dengan koala. Tapi tidak dengan jangkrik. Ia malah asyik dengan dunianya sendiri.
“baiklah, aku pergi dulu. panggil aku jika kalian sudah selesai” pamit elang pada mereka bertiga.

Mereka kemudian berkeliling tempat yang mereka sebut dengan pantai itu. Dibelakangnya, tempat sebelum memasuki hutan, terdapat seperti pohon tinggi namun tidak memiliki batang ataupun daun yang mereka sebut gedung. Semuanya terlihat menakjubkan untuk mereka. Mereka semakin penasaran untuk mengelilingi tempat itu.
“semut, jangan jauh-jauh dariku” koala memperingatkan.
“baiklah, aku akan bertanya kepada hewan lain tentang tempat ini. aku akan segera kembali” jelas jangkring pada mereka.
Koala dan semut lalu berkeliling tak jauh dari tempat mereka sampai sebelumnya. Banyak sekali yang mereka lihat, semuanya terasa asing. Banyak pertanyaan kemudian muncul kembali dalam benak semut. Namun ia menahannya agar lebih banyak pertanyaan lagi yang bisa ia jawab dan ia tanyakan lagi. Itu memang sudah mendarah daging dalan dirinya. Dan itu tidak dapat ia hilangkan dalam dirinya.

3 hari berlalu. Mereka lupa jika mereka sudah cukup lama pergi meninggalkan rumah dan ibu mereka.
“koala, mari kita pulang. aku merindukan ibu. apa kau merindukan ibu juga?” tanya semut.
“aku juga merindukan ibu, tapi masih banyak yang ingin aku lihat disini” jelas koala.
“kau tau, disini juga ada yang sepertiku. aku sudah bertemu mereka beberapa kali. dan ada seekor betina yang terus saja mengikuti. kau lihat disana? ya, dia disana” tunjuk jangkring ke arah semak-semak.
“kau ini! apa kau tidak memikirkan ibumu? ia pasti khawatir!” marah semut pada jangkrik.
“lalu bagaimana? aku tidak bisa membawanya pulang, ia hidup disini. ibu akan membunuhku jika tau aku membawa seorang gadis yang tinggal jauh dari rumahnya” jawab jangkrik.
“kau nikahi saja dia dan bawa ia pulang. mudah bukan?” cetus koala.
Jangkrik terdiam. Ia sepertinya bingung harus bagaimana. Ia hanya menyukainya, bukan ingin menikahinya
“tapi mungkin koala benar. tapi aku hanya menyukainya, dan tidak ingin menikahinya. itu mungkin saja memang, tapi tidak sekarang. aku harus bagaimana?” pikir jangkrik.
“koala, kau jangan mempersulit jangkrik! bicaralah padanya bahwa kau ingin mengajaknya kerumahmu, lalu minta ijinlah pada orang tuanya. mereka pasti akan mengijinkan. aku jamin itu” semut menasehati.
“kau benar. aku akan kerumahnya sekarang. kau memang sahabat terbaikku semut” jangkrik sangat senang sampai ia memeluk semut terlalu kencang hingga ia sulit bernapas.
“baiklah jika begitu, besok pagi kita akan pulang. aku akan memanggil elang untuk memberitahunya” semut kemudian pergi untuk memberitahu elang dimana posisinya sekarang karena mereka sudah membuat kesepakatan sebelumnya.

Esok paginya mereka pun bertemu elang dan kemudian pulang. Jangkrik berhasil membawa jangkrik betinanya untuk ikut pulang dengannya. Sebenarnya semut sudah mengetahui ini sejak awal. Walaupun ia banyak bertanya, tapi semut pun bisa menemukan jawabannya atas pertanyaannya sendiri. Memang begitulah sifat semut. Koala yang selalu menemaninya pun sama, ia juga memperhatikan kedua jangkrik itu. Dan ia pun mulai bertanya-tanya seperti semut sampai akhirnya semutpun bertanya tentang pertanyaan yang sama dengannya. Jika memang seperti itu, mereka adalah pasangan, dan sepertinya lagi mereka akan mempunyai saudara baru, jangkrik betina itu.

“ibu kami pulang~” teriak koala menyapa ibunya.
“kalian sudah pulang. kalian baik-baik saja? dimana semut? apa dia baik-baik saja? tidak ada yang terluka kan? apa antenanya masih berfungsi?” ibu bertanya sama seperti semut.
“ibu, sepertinya ibu sudah tertular oleh semut setelah kami pergi. bagaimana ibu bisa bertanya sebanyak itu seperti semut?” gerutu koala kesal.
“kami baik-baik saja bu . . .” semut muncul dari balik telinga koala. “kakak selalu makan disana. aku tidak pernah dijaga olehnya sedetikpun. namun tidurnya mulai berkurang. haha. banyak sekali yang ingin aku ceritakan pada ibu. maukah ibu mendengarkan?” tanya semut.
Ibu tersenyum menyetujui pertanyaan semut. Mereka pun duduk bersama sambil mendengarkan semut dan koala bercerita. Ibu sangat terkejut mendengar cerita dan petualangan mereka. Ibu pun terkejut pada jangkrik yang bertemu dengan betinanya.

“kalian bertemu manusia? kalian tidak menemuinya bukan?” tanya ibu khawatir.
Semut dan koala bingung terhadap respon ibu. “aku tidak, tapi semut sempat menghampiri mereka namu tidak sedekat yang ibu bayangkan” jawab koala.
“itu benar. aku sudah tau karena aku pernah melihat air dalam dinding yang mereka akan minum didekati oleh semut dan serangga lain seperti aku lalu mereka memukulnya hanya dengan satu pukulan dan mereka pingsan. jadi aku tidak mendekati mereka lagi” jelas semut.
“huuft, kalian ini. Lain kali jangan coba-coba mendekati mereka lagi. ingat itu ! tapi, apa kalian akan berkemah ditempat itu? ibu tidak akan mengijinkan kalian jika kalian berkemah ditempat itu” ibu memperingati.
“berkemah? siapa yang ingin . . .” koala menimpa semut dengan makanan yang dipegangnya sehingga ia tidak melanjutkan pembicaraannya. Ibu kebingungan kemudian mengambil makanan yang menimpa semut. “kami tidak akan berkemah disana bu. disana cukup menyeramkan. aami tidak jadi berkemah bu. iya kan semut?” jelas koala pada ibu sambil memberikan kode pada semut agar menyetujui perkataannya.
Semut kemudian menyetujui perkataan koala kesal sambil membersihkan sisa makanan yang menimpa tubuhnya tadi.
“baiklah. cepat kalian mandi dan ibu akan menyiapkan makan malam untuk kalian” perintah ibu.
Mereka bergegas pergi dan mereka sempat beradu argumen.

Selesai makan malam, ibu koala, koala dan semut pergi ke rumah jangkrik untuk melihat jangkrik betina. Ibu mengucapkan selamat dan kemudian para orang tua langsung berbincang-bincang. Semut yang tengah asik memandang langit tiba-tiba terkejut saat jangkrik betina menghampirinya.
“kau melamun?” tanya jangkrik betina.
“oh, tidak. aku hanya sedang bertanya. apa mereka masih belum selesai?” tanya semut kembali.
“sepertinya belum. kenapa kau sangat ketus padaku? apa aku tidak menyenangkan? apa aku berbuat salah?”
Semut terdiam bingung. “tidak, kau tidak salah. mungkin itu hanya pikiranmu saja” jawab semut singkat.
“benarkah? hanya perasaanku saja?” tanya jangkrik betina lagi.
“iya” jawab semut singkat kembali. suasana pun hening sejenak. bahkan jangkrik betina pun seperti hendak mengeluarkan suara jangkriknya.
“baiklah, aku akan masuk kedalam” pamit jangkrik betina.
“sebenarnya, aku memang tidak menyukaimu . . .” potong semut saat si betina hendak pergi. “jangkrik hanya memikirkanmu saja. ia hanya terus bertanya tentangmu. apa kau cantik, bagaimana jika aku, bisakah aku, dan yang lainnya. aku seperti mainan batunya yang ia terus ajak bicara. aku lelah menjadi batu mainannya. sebelum kau muncul, ia selalu bergairah jika ku ajak untuk membuat perkamen, berkemah, memainkan permainan konyol saat aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang kakak ku juga tidak bisa jawab, bercanda, semua yang biasa kami lakukan tidak pernah kami lakukan setelah kau muncul. ia hanya selalu bertanya tentang kau, pendapatku tentang kau, dan hal lainnya tentang kau. pernah aku berpikir untuk menyingkirkanmu, tapi kakakku melarangku karena itu perbuatan jahat. kakakku pun tidak menyukaimu karena sahabat adiknya telah menghilang. ia juga tidak menyukai jangkrik yang sekarang. begitu juga denganku. sejak kau muncul, kau juga menghalangi segala kegiatan yang biasa ia lakukan, menghalangi untuk bertemu teman-temannya, bersenda gurau dengan ibunya, bermain dengan kami, bercanda dengan kami, hal-hal biasanya kami lakukan bersama, sepertinya kau membuat jarak antara kami. Entahlah, mungkin itu hanya perasaanku, tapi keyakinanku mengatakan seperti itu. sudahlah tidak usah dipikirkan, aku hanya asal bicara saja. aku akan pergi. aku hanya datang untuk menemani ibu saja. tolong jaga jangkrik untuk kami” semut kemudian beranjak pergi meninggalkan jangkrik betina. Ia merasa bersalah karena sudah menumpahkan kekesalannya padanya.

Semut kemudian pergi menemui koala dan ibunya lalu kembali pulang ke rumah. Sesampainya dirumah ia menceritakan kejadian tadi kepada koala.
“apa kau gila? kau berkata seperti itu pada si betina? bagaimana bisa? lalu, bagaimana responnya?” tanya koala penasaran.
“entahlah, aku tidak memperhatikan. aku tau aku salah. tapi . . .  aaaaarghh, sudahlah, semuanya sudah terjadi. kita lihat saja apa kata-kataku tadi mempengaruhinya atau tidak. aku sudah lelah” jelas semut. Kemudian semut bersembunyi didalam selimutnya. Koala hanya menghela napas melihat adiknya yang sedih itu.
“tidurlah. besok semuanya pasti akan berubah. selamat malam~” koala menenagkan.
Semut hanya terdiam didalam selimutnya. Ia masih terus saja memikirkan betapa bodohnya ia karena telah mengatakan itu semua kepada si betina. Ia hanya dapat berharap kalau besok semuanya akan kembali normal.

Esok harinya, seperti biasa koala membantu semut untuk membuat kreasinya bersama dengan jangkrik. Suasana itu cukup lama hening sampai koala bertanya pada jangkrik.
“apa kau sungguh menyukai betina itu?”
“entahlah, aku pun bingung. aku memang menyukainya, tapi tidak ingin menikah dengannya. dan sepertinya ia juga terlalu mengaturku. jika aku sibuk bekerja ia akan bilang kalau aku tidak memperdulikannya dan mengancam akan kembali kerumahnya. saat aku berkumpul dan bermain bersama teman-temanku, ia bilang aku tidak menyayanginya dan mengancam akan pulang. akupun bingung harus bagaimana. padahal jika ia bertemu teman lamanya aku tidak penah melarang sedikitpun. malahan ia juga masih sering berkomunikasi dengan seseorang yang menyukainya saat masih disana dan aku pun tidak melarangnya. dan itu sering sekali. sempat juga aku berpikir bahwa temannya itu masih menyukainya, dia pun masih bersikap manis dan perhatian padanya, sama seperti padaku. entahlah aku bingung. tapi beberapa waktu belakangan ini aku jadi tidak menyukainya” jelas jangkrik.
“apa kau tidak mendengar sesuatu dari si betina? tentang temannya itu, atau hal lainnya?” tanya semut.
“tidak. hanya saja aku ingin tetap seperti ini namun aku juga ingin dia seperti teman dekatku. tapi tidak seperti teman biasa, tapi teman yang istimewa. tidak selalu terfokus pada ku dan dia, aku tetap bisa menjalani dan menikmati hidupku seperti biasanya. jika seperti ini terus aku benar-benar seperti suami untuknya. bahkan seorang istri pun tidak akan seperti itu. ibuku tidak seperti itu juga terhadap ayahku. entahlah aku bingung” jawab jangkring bingung.
“sebenarnya semut telah mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak ia katakan. dan itupun seharusnya didengar olehmu . . . “ koala menerangkan.
“kakak sudahlah jangan diteruskan. ia pun tidak mengatakan padanya, sudah cukup!” pinta semut pada koala.
“aku harus mengatakannya juga agar ia tau. dan ini pun agar ia dapat berpikir. biarkan saja aku yang memberitahunya” koala memaksa semut. Semut pun hanya bias tertunduk diam mendengar koala berkata seperti itu. ia lalu mempersiapan diri akan kemungkinan jangkrik tidak akam mau berteman dengannya lagi.
Koala lau menceritakan tentang semut yang mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tidak ia katakan pada si betina semalam. Jangkrik hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh koala tentang semut. Ia kemudian terduduk dan langsung pergi meninggalkan semut dan koala. Koala dan semut pun tidak dapat berkata apapun setelah itu, mereka hanya melihat jangkrik pergi berlalu kemudian mereka pun kembali pulang ke rumah.

“bagaimana ini ibu? bagaimana jika jangkrik tidak akan memaafkanku? bagaimana jika ia tidak ingin menjadi temanku lagi?” tanya semut sedih pada ibunya.
Koala hanya terdiam memandangi semut kecil yang ada di tangan ibunya itu. Iapun merasa sedih, tapi ia pikir jangkrik pun harus tau apa yang terjadi. Itu juga demi kebaikannya agar ia tidak menyesal dikemudian hari. Tapi ia pun sedih karena adiknya adalah temannya jangkrik, dan si betina sepertinya menghalangi pertemanan mereka berdua. Ia seperti mengatur jangkrik agar hanya ia seorang yang diperhatikan dan ia saja yang diperdulikan.
“sudahlah. kau sudah melakukan hal benar. kita lihat saja, apakah perkataanmu itu berpengaruh pada mereka atau tidak. tapi sebenarnya ibu juga tidak terlalu menyukainya, ibunya jangkrik pun sepertinya juga sama. sepertinya ia memang seperti yang kau katakan, dan ternyata itu benar. kau sudah benar. tidak ada yang perlu kau khawatirkan. jika memang jangkrik adalah temanmu, maka ia akan mendengarkan perkataanmu. sudahlah jangan sedih lagi. kau mau kalau kakakmu mengejekmu?” ibu menasehati sambil mengejek semut.
“itu benar. anak ibu yang selalu banyak bertanya, yang selalu membuat aku ingin melepaskan telingaku agar aku tidak bisa mendengar semua pertanyaanya, dan yang selalu ingin kusumpal mulutnya agar ia tidak terus-terusan bertanya, ternyata hanya karena masalah seperti ini ia menjadi dramatis sekali. sepertinya ibu harus mencari anak semut baru untuk menjadi adik baruku” goda koala pada semut.
Ibu hanya tersenyum melihat anak-anaknya yang selalu dan sangat kompak.
“mungkin koala benar. sepertinya aku harus mencari semut baru untuk menjadi anakku. Atau mungkin sebaiknya kita mencari ulat saja? jika sudah besar ia akan terlihat cantik. ibu ingin sekali punya anak yang cantik seperti kupu-kupu itu nanti” ibu koala ikut menggoda.
“aaaaaaa, ibu jangan~” jawab semut kesal.
Semua langsung tertawa karena ulah semut kecil itu. Suasana pun kembali menjadi ceria seperti sedia kala.

Esoknya saat matahari mulai tenggelam, jangkrik dan si betina datang ke rumah koala.
“apa yang kalian lakukan disini?” tanya koala pada jangkrik dan si betina.
“kami ingin bertemu dengan semut” jawab jangkrik singkat.
“semut tidak disini, ia sedang pergi dengan ibu untuk mencari koloninya. ada perlu apa kalian pada adikku?” tanya koala lagi sedikit ketus.
“kami ingin membicarakan masalah waktu itu dengannya. kapan ia akan kembali?” tanya si betina.
“entahlah. bisa satu bulan, mungkin lebih, mungkin juga ia tidak akan kembali. jika kalian ingin membicarakan masalah itu kalian dapat membicarakannya denganku” jelas koala.
Mereka terdiam sejenak dan saling memandang. “baiklah, nanti malam saat bulan mulai muncul di tempat pertama kali kita membuat perhiasan” jangkrik memberitahu.
“baiklah” jawab koala singkat.

Saat bulan mulai muncul koala sudah ada disana. Ia sudah menduga bahwa hari ini akan datang dan ia pun sudah menduga apa yang akan terjadi selanjutnya.
“apa semut belum kembali?” tanya betina
“tidak, ia masih belum pulang. sudah kukatakan, ia akan kembali dalam waktu yang lama, dan mungkin tidak akan pernah kembali” jawab koala.
“aku akan pergi sebentar. kalian boleh mulai tanpa aku” jangkrik pergi lalu.
Setelah jangkrik pergi berlalu, “baiklah, aku akan langsung saja. aku tidak akan selesai dengannya. aku tau kau pasti sudah mendengarnya dari semut, tapi aku tidak akan berhenti. aku tau, tapi dialah yang mengajakku kesini. jika aku mau, aku juga bisa pergi dari sini. aku juga punya jangkrik lain yang menyukaiku dan ia pun masih berharap padaku. jadi aku tidak perlu repot. aku begitu karena aku ingin membuatnya hanya memikirkanku. tidak ada yang lain. tapi kemudian ternyata semut berkata seperti itu. tapi itu juga benar. aku memaksanya, aku berusaha agar dia lebih melihatku, tapi itu juga untuk aku. dan sekarang aku mulai berpikir apa semut menyukai jangkrik? dia bereaksi seperti itu sebagai teman, tapi kupikir itu terlalu berlebihan. jadi sekarang aku bertanya, apakah ia menyukainya?” jelas si betina.

>>>>>> to be continue <<<<<<


How? Aduh ini ngelanjutinnya pas lagi ga ngefeel, beneran deh. Reviewnya ya. Kalo ada tulisan yang salah ya maapin ya, kan typo. Saya juga kan lagi sibuk. Haha. Enjoy sama ceritanya, next chapter postingnya nanti dulu ya, masih dalam proses editing. Ga sempet buat posternya juga cause masih terlalu sibuk sama urusan kuliah nih. hehe

No comments:

Post a Comment